21 Remaja Tewas di Kedai Minuman Ternyata Ada Kandungan Metanol di Tubuh

21 Remaja Tewas di Kedai Minuman Ternyata Ada Kandungan Metanol di Tubuh

AFSEL - Penyelidikan terbaru pihak berwenang menemukan jejak bahan kimia beracun metanol di tubuh 21 remaja yang meninggal di sebuah klub malam Afrika Selatan bulan lalu. Keterangan tersebut disampaikan Wakil Direktur Provinsi Eastern Cape untuk Layanan Klinis, Litha Matiwane,  pada konferensi pers Selasa. "Metanol telah terdeteksi di semua 21 orang yang ada di sana, namun masih ada analisis progresif dari tingkat kuantitatif metanol dan apakah itu bisa menjadi penyebab akhir kematian," kata Matiwane, seperti dikutip dari Africa News, Rabu (20/7). "Pihak berwenang masih menunggu hasil konklusif yang sedang dilakukan di laboratorium di kota Cape Town," katanya. Metanol adalah bentuk alkohol beracun yang digunakan secara industri sebagai pelarut, pestisida atau sumber bahan bakar alternatif. Itu tidak digunakan dalam produksi alkohol yang dijual untuk konsumsi manusia. Belum diketahui bagaimana anak-anak itu menelan metanol. "Keracunan alkohol dan inhalasi karbon monoksida keduanya telah dikesampingkan sebagai kemungkinan penyebab kematian meskipun jejak keduanya terdeteksi di tubuh 21 korban," kata Matiwane. Tragedi di kedai Enyobeni di kota kecil Scenery Park yang miskin di kota pesisir London Timur pada tanggal 26 Juni menyebabkan keterkejutan dan kesedihan di negara yang biasa melihat korban akibat budaya minum-minuman keras itu. Banyak remaja, yang berusia antara 13 dan 17 tahun, ditemukan tewas di kedai, dengan tubuh mereka berserakan di meja dan sofa. Lainnya meninggal setelah mereka dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat. "Polisi Afrika Selatan akan dipandu oleh hasil akhir dari analisis toksikologi untuk menentukan apakah ada orang yang akan menghadapi tuntutan pidana atas 21 kematian," kata menteri Kepolisian nasional Bheki Cele. Pemilik kedai Enyobeni dan beberapa karyawannya ditangkap dan saat ini dibebaskan dengan jaminan karena mereka menghadapi tuduhan terkait pelanggaran undang-undang perdagangan minuman keras, termasuk penjualan minuman keras kepada anak-anak. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa berbicara pada pemakaman massal untuk para remaja dan bersumpah bahwa pemerintahnya akan mengambil tindakan untuk mencegah alkohol disajikan kepada anak-anak di bawah usia 18 tahun. (rmol)

Sumber: