Thor: Love and Thunder, Perjalanan Dewa Petir Mencari Jati Diri

Thor: Love and Thunder, Perjalanan Dewa Petir Mencari Jati Diri

Bertahun-tahun setelah jentikan jari Thanos, Asgard kembali hidup damai. Thor pun memulai lagi aksinya sebagai superhero. Tapi, situasi tenang itu hanya sekejap. Gorr mengusik, membunuh para dewa, dan menebar ketakutan. DI Thor: Love and Thunder, Asgard memulai babak baru. Negara kecil itu kini dipimpin Valkyrie (Tessa Thompson). Ia jadi lebih membumi. Asgard menjadi kota nelayan kecil jujukan wisata. Sementara itu, di angkasa, Thor (Chris Hemsworth) dan sahabatnya Korg (Taika Waititi) bergabung dengan skuad Guardians of the Galaxy. Keberadaan Thor di skuad itu kerap memunculkan konflik. Dia sering beradu pendapat dengan Star-Lord (Chris Pratt). Hingga, mereka pun memutuskan berpisah. Thor mudik ke Asgard. Namun, kepulangannya disambut masalah. Negeri kecil itu berada dalam teror Gorr the God Butcher (Christian Bale), monster misterius yang punya satu tujuan: memusnahkan para dewa di galaksi. Gorr menculik semua anak di Asgard, lalu menyekapnya di ruang bayangan. Di tengah aksinya melawan musuh baru yang dikenal sebagai Jagal Para Dewa itu, Thor bertemu dengan dewa petir baru pengguna Mjolnir. Dia adalah Mighty Thor, yang tak lain mantan kekasihnya, Jane Foster (Natalie Portman). Keduanya dipaksa berdamai. Bersama Valkyrie dan Korg, mereka berusaha menyelamatkan anak-anak Asgard. Plus, menghentikan aksi Gorr. Empat sekawan itu berusaha meminta bantuan para dewa penghuni Omnipotence City. Termasuk pada Zeus (Russell Crowe), dewa geledek Yunani yang dikagumi Thor. Namun, upaya tersebut buntu. Kelompok kecil itu pun berpacu dengan waktu buat menjelajah semesta demi menuntaskan misi. Di Thor: Love and Thunder, sutradara Taika Waititi menceritakan Thor dari sudut pandang berbeda. Dewa petir itu diceritakan sebagai sad boy yang gagal move on dari Jane Foster dan hilang arah. Dia mencari lagi tujuan hidup setelah sempat jadi dewa putus asa bertubuh tambun di Avengers: Endgame. Penggambaran itu berbanding terbalik dengan Gorr, villain serupa Voldemort yang digerakkan dendam masa lalu. Kisah pencarian jati diri itu dikemas Waititi dengan gaya khasnya yang meriah. Thor: Love and Thunder dituturkan dengan balutan musik Guns N’ Roses dan warna ’’menyala” ala 1980-an. Tercatat ada empat lagu Guns N’ Roses yang mengalun dalam film berdurasi 1 jam 54 menit itu. Ada Sweet Child O’Mine, Welcome to the Jungle, Paradise City, dan November Rain. Waititi juga menggunakan lagu dari ABBA dan Enya. ”Estetika film yang kami mau memang seperti itu. Bombastis, ngejreng, palet penuh warna. Bahkan, judulnya pun seperti coret-coretan yang bakal kubuat di tengah pelajaran waktu sekolah dulu,” kelakar Waititi dalam konferensi pers online pada 25 Juni lalu. Thor versi baru itu pun dinilai Chris Hemsworth sebagai sesuatu yang segar. Dia merasa sang dewa kali ini mirip dirinya. ’’Dia membawa sisi kekanakan, semangat muda yang kupunya. Thor ini sama sekali berbeda dengan apa yang ditampilkan di film pertama,” paparnya. Natalie Portman pun menilai, tokohnya berkembang jauh dari dua film pertama Thor. Jane bukan lagi ’’putri” yang perlu diselamatkan. ’’Dia bertarung bersama Thor, mereka adalah sebuah tim. Tapi, Jane mendapatkan kekuatannya sendiri dan hal itu menakjubkan,” lanjut Portman. Film ini mendapat ulasan beragam. Banyak yang memuji langkah Waititi dalam memasukkan unsur komedi yang segar, tapi tanpa melupakan pertunjukan aksi yang epik. Meski baru kali pertama bergabung dalam MCU, kemampuan akting Bale sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Selalu menawan. Secara keseluruhan, film keempat Thor tersebut begitu menghibur. Namun, ada pula yang menyebut bahwa sentuhan komedi eksentrik sang sutradara –seperti lelucon tentang slogan Mighty Thor serta kambing ’’super”– plus palet warna-warni khas jagat film Marvel gagal menyelamatkan film. Beberapa kritikus menilai, fokus cerita tak jelas dan potensi cerita dari sosok Mighty Thor serta Gorr justru terasa sia-sia. TRIVIA – Selama berada di set, Natalie Portman menjadi yang paling awal datang ke gym. Para cast pria mengaku, Portman adalah jagoan angkat beban. – Beberapa syuting adegan Thor: Love and Thunder dilakukan di The Volume. Yakni, studio dengan layar LED besar melingkar yang juga digunakan di syuting serial The Mandalorian. – Divisi kostum menyiapkan total 25 look untuk Thor. Mulai tunik sutra, penampilan ala rocker, hingga kostum Thor dari berbagai generasi. – Tim produksi menyiapkan kelompok khusus buat menggarap kambing di film. Desainer Adam Johansen mengungkapkan, ukuran dummy kambing menyerupai kuda Clydesdale yang bertinggi 1,6–1,8 m dan berbobot sekitar 900 kg. – Russell Crowe memanjangkan rambut dan cambang demi peran Zeus serta menggelapkan kulit. Tim tata rias pun menilai, Crowe adalah dewa yang paling mudah didandani. – Anak-anak para cast utama –Chris Hemsworth, Natalie Portman, dan Christian Bale– serta Taika Waititi tampil sebagai kameo di film. – Para cast sepakat, Christian Bale adalah raja dansa di set syuting. Dia kerap tak sadar berjoget mengikuti lagu yang diputar Taika Waititi. Catatan Ada dua credits setelah film, yakni di mid-credits dan post-credits. Meski demikian, credits kedua tidak memuat ’’bocoran” untuk film selanjutnya. (fam/c7/ayi/jawapos)    

Sumber: