Merantau ke Jakarta, Hendra Pria Asal Lampung Ini Kini Mendapat ‘Gelar’ Ayah Sejuta Anak

Merantau ke Jakarta, Hendra Pria Asal Lampung Ini Kini Mendapat ‘Gelar’ Ayah Sejuta Anak

LAMPUNG - Sosok Hendra belakangan ramai diperbincangkan pasca mendapat julukan ayah sejuta anak. Usut punya usut, sebutan ayah sejuta anak yang melekat pada Hendra tak lepas dari gerakan sosial yang dilakukannya beberapa tahun belakangan. Setidaknya, lima tahun belakangan, Hendra telah membantu biaya persalinan puluhan calon ibu, sehingga sontak julukan ayah sejuta anak melekat padanya. Pemilik nama lengkap Suhendra yang kini tinggal di Tanggerang, Banten tersebut sejatinya merupakan warga Kedondong, Pesawaran, Lampung. Medio 2009 lalu, tak lama setelah lulus dari bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Hendra memutuskan untuk mengadu nasib ke Ibu Kota negara: Jakarta.  Berkat jerih payahnya, kini pria yang masih berusia 33 tahun itu sukses menjalani bisnis properti. Hebatnya, di balik kesuksesannya itu Hendra tergerak untuk membantu kaum hawa yang kesulitan dalam biaya persalinan. Bahkan, prioritas utamanya adalah mereka yang sempat dibayang-bayangi hasrat untuk menggugurkan kandungan. "Saya sangat tidak setuju dengan adanya aborsi," ucap Hendra membuka perbincangan dengan Radarlampung.co.id, Minggu 26 Juni 2022. Terusik dengan banyaknya kasus pembuangan bayi hasil aborsi mendorongnya untuk mencari solusi terbaik. Hendra bertekad untuk mencegah masalah serupa tidak terus berulang. Iya pun lantas memperluas fungsi rumah pribadinya menjadi shelter yang di dalamnya menyiapkan kebutuhan persiapan hingga pasca-persalinan. Bukan hanya raga yang ia jaga, tapi juga jiwa para ibu muda yang rapuh terbebani kondisi yang mereka alami. Memanfaatkan media sosial, beberapa tahun terakhir Hendra mulai mendokumentasikan kegiatannya itu dengan maksud bisa lebih membantu banyak orang. Melalui media sosial, Hendra juga bermaksud mengajak orang lain berperan serta membantu para ibu yang kesulitan dalam menyambut persalinan, khususnya caesar. "Kalau caesar saya mencari donatur dari pihak-pihak yang hendak mengadopsi calon bayi dengan berbagai persyaratan," kata Hendra. Demi kebaikan sang bayi, Hendra lebih dulu memastikan perekonomian hingga waktu dan riwayat pernikahan calon orang tua. Pun dokumen-dokumen resmi guna menghindari tudingan bisnis perdagangan bayi. Teranyar, tepatnya kelahiran ke 56 dari persalinan yang telah ia bantu harus dilalui dengan caesar. "Alhamdulillah perbandingan caesar dengan normal sekitar 20 banding satu. Soalnya kalau biaya caesar dengan normal itu bisa sampai lima kali lipat," ungkapnya. Tak hanya berhenti pada proses persalinan, semua kebutuhan administrasi sanggup ia tangani. Bahkan memastikan sang bayi mendapat pendidikan yang baik. Di mana, untuk membantu merawat para bayi, Hendra bekerja sama dengan panti asuhan Amanah As-Sodiqiah, Tanggerang, Banten. Dan, memahami bahwa mayoritas persalinan yang ia bantu bukanlah kelahiran yang diinginkan, Hendra dan calon ibu sepakat bahwa saat bayi lahir, insan-insan baru itu bakal menjadi tanggung jawab pihak panti asuhan. Di sisi lain, sang ibu bisa pulang dan kembali menjalani aktivitasnya sehari-hari. "Sebelum proses persalinan pun saya berbicara dulu dengan pihak keluarga. Calon ibu lebih dulu saya beri pengertian bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi kalau orang terdekat atau keluarga tidak mau membantunya, maka dari situlah saya memutuskan untuk membantu," ucap Hendra. Kegigihannya membantu sesama tak jarang harus mempertaruhkan kesehatannya lantaran kurang tidur ketika mengurus proses kelahiran yang terjadi dalam waktu berdekatan. Selain itu, dibandingkan pujian, celaan dan tanggapan miring dari masyarakat cukup banyak ia dapatkan. Bahkan sampai tudingan indikasi perdagangan anak yang alhamdulillah mampu ia tepis. "Jadi di balik pro-kontra gerakan yang saya lakukan ini, pihak kelurahan juga kepolisian pun mengetahui. Mereka berpesan kepada saya untuk selalu berhati-hati," tukasnya. (*/radarlampung)

Sumber: