Penampakan Mobil Ringsek, Tabrakan Maut yang Mematahkan Kaki Daood Debu

Penampakan Mobil Ringsek, Tabrakan Maut yang Mematahkan Kaki Daood Debu

JEMBER - Di dalam mobil yang melaju kencang di jalan tol itu, Daood Abdullah Al Daood tertidur pulas. Ada empat orang lain di kendaraan yang disopiri Miyarto tersebut yang baru pulang dari ziarah ke Jember, Jawa Timur. Saking pulasnya, Daood pun benar-benar tak tahu kejadi pada Minggu (17/4) tengah malam di tol Paspro (Pasuruan–Probolinggo) itu. Yang membangunkan personel kelompok musik religi Debu berusia 33 tahun tersebut adalah tabrakan keras Toyota Vellfire yang ditumpanginya bersama rombongan dengan kendaraan di depannya. ”Jadi, dia tahunya pas bangun kaki sudah hancur dan teriak kesakitan,” beber Muhammad Saleem, kakak kandungnya, ketika ditemui di kediamannya di Jakarta kemarin (18/4). Saleem sudah bicara langsung dengan sang adik. ”Tadi ngobrol saya dengar suaranya, dia ceria banget seperti biasa. Itu sudah bikin kami tenang banget,” ujar Saleem yang juga mantan personel Debu. Seperti dilansir Jawa Pos Radar Bromo, Toyota Vellfire sewaan tersebut menabrak truk di depannya yang melaju pelan. Dalam pengakuannya kepada polisi, Miyarto mengantuk. ”Tiba-tiba ada truk di depan. Saat melakukan pengereman sudah tidak bisa (tidak nutut),” kata Miyarto kepada petugas seperti ditirukan Kanitlaka Satlantas Polres Probolinggo Kota (Polresta) Aiptu Eko Juli kepada Jawa Pos Radar Bromo. Kecelakaan maut di Km 837–200 pada Minggu tengah malam pukul 23.39 itu mengakibatkan dua anggota rombongan meninggal di lokasi. Keduanya suami istri asal Malaysia: Firdaus, 31, dan Amal Sheikh Aidaros, 30. Sementara itu, Daood dan dua penumpang lainnya, Umar, 28, warga Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, serta Jamilah binti Abdul Qadir, 55, warga Kuala Lumpur, Malaysia, luka-luka. Karena kondisi Daood yang paling stabil, kemarin dia yang lebih dulu dirujuk ke RSUD dr Soetomo, Surabaya. Umar dan Jamilah masih dirawat di RSUD dr Mohamad Saleh, Kota Probolinggo. Salman, salah seorang pengurus band Debu dari Jakarta, seperti dikutip Jawa Pos Radar Bromo, menyebut rombongan itu merupakan personel dan kru Debu. Tapi, Saleem punya keterangan berbeda. Menurut dia, empat orang selain sang adik merupakan para sahabat Daood. Bukan personel serta kru Debu. Kelompok musik religi yang kini beranggota 11 orang itu disebut baru pentas dari Jogjakarta. Ada seseorang yang masih menginap di sana. Para personel lainnya langsung balik ke Jakarta. ”Hanya Daood yang kemudian bersama para sahabatnya berziarah ke Jember,” katanya. Debu adalah grup musik religi asal Amerika Serikat yang dibentuk Syekh Fattah pada 1990-an. Para personelnya berasal dari sejumlah negara. Di antaranya, Amerika Serikat, Swiss, dan Inggris. Sebelum hijrah ke Indonesia pada 1999, Debu memiliki nama lahir Dust on the Road. Para anggotanya memainkan berbagai alat musik tradisional dari berbagai negara yang jarang dipakai sebuah band. Mulai santur, gendok-gendok, harpa, tambura, hingga berbagai jenis perkusi lain. Lirik-lirik mereka bernuansa spiritual, sufistik, mistis, dan kecintaan pada Allah. Nama Debu mulai melambung di sini pada 2003. Tepatnya setelah mengeluarkan album pertama bertajuk Mabuk Cinta dalam dua bahasa, Indonesia dan Arab. Selama perjalanan pada Minggu malam lalu itu, suami istri Firdaus dan Amal Sheikh Aidaros duduk di tengah. Umar di samping sopir. Lalu, Daood dan Jamilah duduk di belakang. Mobil tersebut melaju kencang dari timur menuju barat. Bahkan, berdasar rekaman CCTV tol, diperkirakan kendaraan berlari dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam. Daood mengalami patah kaki kanan, sedangkan Umar diduga mengalami gegar otak ringan. Adapun Jamilah masih diobservasi. Yang bersangkutan merasakan sakit di tulang belakang bagian bawah dan dekat tulang ekor. (shf/rpd/hn/c19/ttg)

Sumber: