Kasus Pembunuhan Mahasiswa UB, Polisi Masih Memilih Tertutup

Kasus Pembunuhan Mahasiswa UB, Polisi Masih Memilih Tertutup

PASURUAN - Kasus pembunuhan Bagus Prasetya Lazuardi, 25, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB), sejatinya sudah mulai terang. Polisi telah menangkap terduga pelaku. Dia adalah ZI, 35, ayah tiri TS, kekasih Bagus. Bahkan, polisi sudah dua kali melakukan olah TKP bersama terduga pelaku. Hanya, hingga kemarin (17/4), polisi belum membeberkan kasus tersebut kepada publik. Sebenarnya polisi sudah menangkap ZI pada Jumat (15/4). Sehari kemudian, tepatnya pada Sabtu (16/4) malam, polisi mengadakan olah TKP bersama terduga pelaku di lokasi penemuan jasad Bagus di lahan kosong dekat jalan protokol Surabaya–Malang di Kecamatan Purwodadi, Pasuruan. Bukan hanya itu, kemarin siang tim Inafis dan Unit Jatanras Polda Jatim juga kembali melakukan olah TKP lanjutan di rumah ZI di Jalan Kyai Tamin, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Setelah itu, tim beranjak ke rumah di Jalan Kyai Tamin yang diketahui merupakan rumah saudara ZI. Namun, olah TKP itu berlangsung tertutup. Tidak ada informasi apa pun yang disampaikan polisi. Terungkapnya pelaku pembunuhan Bagus memang begitu dramatis. Sebab, sebelum ditangkap polisi, ZI sempat ikut melayat ke rumah korban di Tulungagung. Dia datang bersama istri dan anak tirinya, TS, yang tidak lain pacar Bagus. Sekilas, tidak ada yang mencurigakan. Hingga akhirnya, dia ditangkap polisi pada Jumat lalu. Dugaan sementara, motif pembunuhan tersebut adalah kecemburuan ZI terhadap Bagus yang berpacaran dengan TS. Saat dimintai konfirmasi, Dirreskrimum Polda Jatim Kombespol Totok Suharyanto membenarkan bahwa terduga pelaku sudah tertangkap. Namun, pihaknya belum bersedia membeberkan detail pengungkapan kasus tersebut. Dia juga membenarkan kehadiran ZI di rumah Bagus di Tulungagung. ”Iya, tersangka sempat ke sana (rumah korban, Red),” ujarnya. Totok menduga kunjungan itu adalah bagian dari alibi yang dibuat tersangka. Jadi, ZI tidak akan dikira sebagai pelaku pembunuhan. ”Yang bersangkutan berusaha bersikap normal sebagai orang tua dari pacar korban,” kata perwira dengan tiga melati di pundak tersebut. Totok mengakui, ZI memang cukup rapi menyembunyikan aksi yang diduga dilakukannya. Saat diringkus, dia juga tidak mau berbicara banyak kepada penyidik. ”Karena itu, kami perlu waktu untuk mencari alat bukti yang menguatkan,” tuturnya. Totok mengungkapkan, salah satu upayanya adalah menggeledah rumah tersangka. Juga melakukan rekonstruksi di lokasi penemuan mayat. ”Harapannya, ada temuan petunjuk baru,” tuturnya. Mantan Kapolres Malang Kota itu juga belum bersedia berkomentar seputar olah TKP yang sudah dilakukan. Termasuk kabar soal adanya palu yang disita dari rumah ZI. Totok menyatakan, semua temuan masih didalami penyidik. ”Mohon waktu agar pemeriksaan selesai dulu. Ada waktunya nanti pasti kami sampaikan secara detail perkaranya,” tandasnya. Tak Ada Warga yang Tahu Nama Aslinya AKSI pembunuhan terhadap Bagus yang diduga dilakukan ZI terjadi pada Kamis (7/4) lalu. Peristiwa itu terjadi setelah calon dokter tersebut mengantar pulang sang kekasih, TS. Dugaan sementara, pemuda 25 tahun itu tewas dicekik. Jenazahnya dibuang di pinggir Jalan Raya Purwodadi, Pasuruan. Namun, kabar tersebut belum dikonfirmasi secara resmi oleh aparat kepolisian. Sementara itu, kemarin (17/4) Jawa Pos Radar Malang berusaha menelusuri keseharian ZI. Berdasar penuturan sejumlah warga, pria yang kesehariannya dipanggil Han itu dikenal tertutup. Tidak pernah bergaul dengan warga. Warga kesulitan untuk menceritakan keseharian ZI di lingkungan keluarganya. Bahkan, hampir semua warga tidak tahu nama lengkap pria itu. Yang mereka tahu, terduga pelaku bekerja sebagai ojek online. Dulu dia juga pernah memiliki usaha jual beli ponsel dan tidak lanjut lagi. Ketertutupan sosok ZI itu juga diutarakan Ketua RT 001 Rico Brilliantino, 48. Sebenarnya pria itu warga yang sudah lama tinggal di kawasan tersebut. Juga tercatat sudah dua kali mengganti nama dalam kartu keluarga. ”Soal dia menikah pun tidak laporan ke RT, tapi ujug-ujug warga mengetahui sudah menikah sekitar lima tahun lalu,” katanya. Rico menceritakan bahwa dirinya juga sempat menjadi saksi pada Jumat sekitar pukul 23.00, ketika itu polisi melakukan rekonstruksi. ”Saya melihat waktu itu polisi ambil barang bukti berupa palu dan pisau kecil sama satu lagi dari jok sepeda motor miliknya. (Tapi) saya tidak tahu apa-apa,” papar dia. Hanya sedikit yang dia tahu dari rekonstruksi itu. Yakni, adegan pertama mengambil palu, dilanjutkan dengan memasukkannya ke jok motor. ’’Terakhir yang saya ingat janjian dengan korban (Bagus, Red) di daerah Sukun, setelah itu tidak tahu lagi,” katanya. (edi/biy/c7/ris)

Sumber: