Pupuk Kandang Bagi Petani PALI Masih Jadi Primadona
PALI - Imbas dari tingginya harga pupuk saat ini membuat sebagian petani di wilayah Bumi Serepat Serasan, baik karet, kelapa sawit, padi ataupun sayur-sayuran memutar otaknya untuk menyiasati kebutuhan pupuk untuk tanamannya. Salah satu cara praktis yang dilakukan petani adalah menggunakan pupuk kandang atau kotoran hewan. Tak ayal, kotoran hewan pun terutama kotoran ayam potong menjadi primadona bagi para petani. Tentu saja, akibat banyaknya petani memburu kotoran ayam menjadikan berkah tersendiri bagi peternak ayam di kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Kotoran ayam saat ini secara berangsur mempunyai nilai ekonomi cukup lumayan yang mampu menopang perekonomian pengelola atau disebut anak kandang, lantaran kotoran hewan merupakan bisa menjadi penghasilan sampingan bagi pengelola peternakan ayam. "Sebelum ayam dipanen, sudah banyak petani datang ke kandang memesan bahkan menitipkan uang agar kotoran ayam jangan dijual ke petani lain," ujar Pakde, salah satu anak kandang di peternakan ayam potong di wilayah Simpang Raja, Kecamatan Talang Ubi, Minggu (27/3). Harga kotoran ayam pun diakui Pakde berangsur naik, dari semula Rp3 ribu perkarung sekarang menjadi Rp6 ribu perkarung, harga itupun bukan anak kandang yang menaikan harga tapi dari petani itu sendiri yang bersedia membeli harga tinggi. "Kadang petani datang untuk memesan kotoran ayam, tapi di kandang sudah habis dibeli petani lain. Dari situlah petani itu menyanggupi harga lebih tinggi dari petani lain agar saat panen ayam, kotorannya tidak dijual ke petani lain. Tentu saja, hal ini menjadi semangat kami mengumpulkan kotoran ayam karena lebih dari lumayan hasilnya, serta kami tidak lagi menyetor kepada bos pemilik kandang," terangnya. Sementara itu, Abdul petani kelapa sawit asal Kecamatan Talang Ubi yang menggunakan pupuk kandang mengaku, bahwa penggunaan pupuk kandang akibat pupuk kimia harganya melambung. "Pupuk jenis NPK saja awalnya Rp550 ribu perkarung isi 50 kilogram, tapi saat ini sudah mencapai Rp770 ribu perkarung. Tentu saja, meski harga kelapa sawit saat ini tinggi tetapi kami berat untuk membeli pupuk kimia, akibatnya pembelian pupuk kimia kami kurangi. Solusi agar tanaman terpenuhi unsur haranya, maka kami campur pupuk kimia dengan pupuk kandang. Tapi lagi-lagi, pupuk kandang saat ini susah didapat," akunya. Terpisah, Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PALI Ahmad Jhoni SP MM mengatakan, seharusnya petani kreatif dengan mengelola limbah rumah tangga, limbah tanaman atau pun limbah ternak untuk kemudian dijadikan pupuk kompos atau pupuk kandang untuk menekan pengeluaran pembelian pupuk kimia. "Dengan banyaknya petani beralih ke pupuk organik, maka dari sisi linkungan mengurangi sampah atau limbah," terangnya. Pada ekosistem lingkungan juga terpelihara, tanah akan berangsur sehat yang secara perlahan akan mengembalikan kesuburan tanah setelah sekian lama terdampak penggunaan pupuk kimia. "Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia juga secara perlahan akan berganti pada penggunaan pupuk organik," jelasnya. Sebab, saat ini pupuk kimia harganya melambung, sedangkan pupuk kimia bersubsidi juga terbatas. (ebi)
Sumber: