Negara-negara Pembenci Antri Beli Gas, Putin: Bayar Wajib Pakai Rubel

Negara-negara Pembenci Antri Beli Gas, Putin: Bayar Wajib Pakai Rubel

RUSIA - Konflik antara Rusia dengan negara-negara pendukung Ukraina, tampaknya kian memanas. Terlihat dari rencana Rusia untuk menjadikan rubel sebagai media transaksi penjualan gasnya ke negara-negara yang "tidak bersahabat". Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Rabu (23/3) mengatakan, ke depannya seluruh transaksi ekspor gas Rusia ke negara-negara "tak bersahabat" wajib menggunakan rubel sebagai media transaksinya. "Rusia akan terus, tentu saja, akan memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," ujar Putin dalam pertemuan dengan para menteri tinggi pemerintah, seperti dikutip Reuters, Rabu (23/3). "Perubahannya hanya di mata uang pembayaran yang kami terima, yakni diubah menjadi rubel Rusia," tambahnya. Lanjut Putin, pemerintah dan bank sentral memiliki satu minggu untuk menemukan solusi tentang bagaimana memindahkan operasi ini ke mata uang Rusia. Ia juga memerintahkan raksasa gas Rusia, Gazprom, untuk membuat perubahan yang sesuai pada kontrak gas yang sudah ada. Sejauh ini, gas Rusia menyumbang sekitar 40 persen dari total konsumsi gas Eropa. Menurut laporan Gazprom, 58 persen dari penjualan gas alam ke Eropa dan negara-negara lain pada 27 Januari diselesaikan dalam euro. Lalu dolar AS menyumbang sekitar 39 persen dari penjualan kotor, dan poundsterling sekitar 3 persen. Namun itu akan berubah menjadi murni rubel, sesuai dengan keinginan Putin. "Prosedur pembayaran yang dapat dimengerti dan transparan harus dibuat untuk semua pembeli asing, termasuk memperoleh rubel Rusia di pasar mata uang domestik kita," jelas Putin. Rusia pun telah menyusun daftar negara-negara "tidak bersahabat" itu, sesuai dengan negara-negara yang memberlakukan sanksi kepada mereka. Adapun daftar negara "tidak bersahabat" yang diumumkan oleh Rusia itu adalah Amerika Serikat, negara-negara anggota Uni Eropa, Inggris, Jepang, Kanada, Norwegia, Singapura, Korea Selatan, Swiss, dan Ukraina. (rmol.id)

Sumber: