Kisruh Atlet Luar Ridho Yahya Berharap KONI Lebih Tegas

Kisruh Atlet Luar Ridho Yahya Berharap KONI Lebih Tegas

PRABUMULIH - Perhetalan olahraga khususnya Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumsel 2021 yang diadakan di OKU Raya, tengah dihebohkan mundurnya 12 kabupaten/kota Cabang Olahraga (Cabor) Badminton lantaran adanya atlet luar. Ditanggapi serius oleh Wali Kota Prabumulih, Ir H Ridho Yahya MM, Rabu (24/11). "Olahraga itu orang yang sportif, siap menang juga siap kalah," ujar Ridho dibincangi usai paripurna. Namun kenyataannya, ditemukan kejadian di OKU masih ada kabupaten/kota khususnya cabor badminton yang tidak sportif, lantaran diduga sengaja mendatangkan atlet luar bahkan diiming-imingkan merupakan atlet Nasional. "Kita temui di OKU (atlet luar, red) bahwa itu tidak sportif, itu yang utama. Yang kedua, kita kecewa dengan KONI sekarang, harapan kita dulu KONI sekarang lebih menekankan pada pembinaan dan harapan kita lebih baik lagi," ujarnya mengaku berarti kalau bukan atlet 17 kabupaten/kota tidak boleh ikut bertanding di ajang Porprov Sumsel. Namun nyatanya, sambung pria yang hobi olahraga itu, ternyata yang terjadi saat ini masih saja ada kabupaten/kota yang mendatangkan atlet dari luar Sumsel. "Kan membohongi diri sendiri," sesalnya. Ayah tiga anak itu pun mencontohkan, coba kalau kita sudah latihan lama, tiba-tiba saat hendak bertanding tidak terpakai (karena memakai atlet luar, red), pasti ada rasa kecewa. Yang kedua, kalau kita mendatangkan atlet dari luar itu artinya tidak bisa dimanfaatkan (untuk perhelatan olahraga tingkat Nasional lain, red) dan secara spontan atlet tersebut akan dipakai oleh Provinsi lain (daerah asalnya, red). "Makanya harapan kami kepada KONI untuk evaluasi, kalau seperti ini jujur saja kita kecewa kapan Sumsel mau maju," gerutunya menyebutkan dengan demikian pembinaan itu hanya sekedar retorika saja. "Semestinya kalau dia pembinaan benar-benar, tidak boleh atlet luar. Bahkan yang umur harus sekian, kalau dia dapat emas kirim kan lah tim. Misalnya tangkas bulu tangkis, tenis meja, kirimkan ke Kediri atau datangkan pelatih sehingga yakin kalau itu diterapkan hanya 3 tahun sudah bagus (atlet Sumsel, red)," jelasnya. Masih kata Ridho Yahya, berbeda kalau sekarang masih ada yang menggunakan atlet luar, mereka juara umum di ajang Porprov namun sewaktu PON tidak bisa dipakai lagi dan tidak dapat apa-apa karena yang kita pakai adalah atlet luar. "Jadi itu evaluasi, kekecewaan kita yang pertama dengan KONI yang tidak begitu keras," sebutnya. Ditanya apakah akan ada langkah tertulis? Wali Kota dua periode itu menyampaikan sejauh ini belum ada langkah tertulis, namun melalui media, dia menghimbau kepada Bupati/Walikota yang masih sayang dengan Sumsel agar kiranya kalau kita kedapatan daerah lain (atlet luar, red) lebih baik mundur saja. "Kalau ado daerah lain, mundur galo-galo bae. Biarlah dio dewek an bae yang melok tanding. Misalnya ada kedengaran ado dua kabupaten yang pakai atlet luar yang lain kita himbau mundur bae, biarlah yang duo itu bae yang belagonyo biarlah orang luar bae yang belago jadi kito jadi septitank nyo bae, jadi tempat nyo bae," tegasnya. "Lah aku juara 1 tapi atlet nyo dari luar kasihan kan atlet yang kita latih. Jujur be kita sangat kecewa, harapan kita KONI akan tegas dan benar-benar ingin atlet Sumsel dan terlahir dari Sumsel, namun ternyata tidak seperti itu yang kita dapatkan," sesalnya mengaku salah-satu yang sudah jelas yakni cabor bulu tangkis dan pihaknya pun sudah mundur secara langsung. Dalam kesempatan itu, politisi Golkar itu tak menapik, boleh menggunakan atlet lain asal masih atlet sepanjang 17 kabupaten/kota di Sumsel. Misalnya Lahat pinjam atlet Muara Enim, itu masih bisa dimaklumi karena masih bisa digunakan waktu PON. Yang tidak boleh itu yakni atlet dari luar masuk ke Sumsel. "Coba gini model kamu, model bulu tangkis kan hafal 17 kabupaten/kota siapa yang main siapa yang sering main. tiba-tiba ada yang lain kok kuat, kapan pembinaannya kapan pelatihannya," tukasnya. (chy)

Sumber: