Napiter Bebas Murni Dari Lapas Sekayu

Napiter Bebas Murni Dari Lapas Sekayu

Sekayu - Setelah menjalani masa hukuman pidana selama 5 tahun, Fuad Zaki Rabbani terpidana kasus terorisme akhirnya, Rabu (24/11) akhirnya menghirup udara segar. Ia dinyatakan bebas murni dan dikeluarkan dari tahanan Lapas Klas II B Sekayu. Fuad sendiri dijemput kakak kandungnya Andi Ali Fikri di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Sekayu. "Beliau dinyatakan bebas murni usai menjalani masa hukuman selama lima tahun," ujar Wali Pemasyarakatan/Pamong Narapidana Teroris Lapas Kelas IIB Sekayu, Anton Staloni. Selama ditahanan, Fuad, dinilai sangat kooperatif dan mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungan. "Disini cukup kooperatif, seluruh pembinaan yang diberikan diikuti dengan baik pula, tidak ada keluhan apapun. Selama di dalam Lapas kita juga memberikan laporan ke BNPT," katanya. Yang bersangkutan jug diberikan hak penuh untuk menjalankan ibadah bahkan sering menjadi imam di Masjid, komunikasinya juga baik dengan petugas maupun penghuni Lapas lainnya. Lebih lanjut Anton mengatakan, meski telah dinyatakan bebas murni, sang Napiter tidak menandatangani surat pernyataan setia kepada NKRI. "Dia belum bersedia menandatangani itu. Meski telah bebas murni, dia masih dalam pengawasan pihak terkait," tegas Anton. Saat keluar Lapas Klas IIB Sekayu, Fuad dijemput oleh pihak keluarga beserta sejumlah anggota dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Sebelum bebas, anak ketujuh dari delapan bersaudara ini terlebih dahulu menjalani pemeriksaan administrasi. Selanjutnya, Fuad dibawa pihak keluarga ke daerah kelahiran di Jawa Barat dan tetap dalam pemantauan pihak terkait agar peristiwa serupa tidak terulang. "Semua ini perjalanan hidup ada hikmahnya, apapun yang terjadi ini adalah perjalanan yang baik, ini proses kenaikan mental manusia," ujar Andi Ali Fikri. Untuk tahap pertama, kata Andi, sang adik akan dibawa untuk bertemu keluarga di Jawa Barat. Di sana, Fuad akan beradaptasi agar dapat diterima di masyarakat umum dan menjalani hidup seperti biasa. "Kita bawa untuk bertemu keluarga terlebih dahulu, kedua adaptasi sosial untuk membangun situasi ke depan. Ini tidak bisa instansi, kita saling menguatkan dan lekukan diskusi apa yang harus didiskusikan," imbuhnya (kur)

Sumber: