Putin Cuekin Sanksi Eropa, Makin Akrab dengan Lukashenko yang Dianggapnya Sebagai Saudara
RUSIA - Dua saudara sekutu, Vladimir Putin dan Aleksander Lukashenko, sepakat untuk membuat Moskow dan Minsk lebih meningkatkan integrasi dan saling mendukung dalam menangkal sanksi Barat. Kedua kepala negara bertemu dalam sebuah kunjungan ke pelabuhan antariksa Vostochny Spaceport, di timur jauh Rusia, pada Selasa (12/4), untuk merayakan Hari Kosmonot, perayaan kosmonot Soviet Yuri Gagarin yang melakukan penerbangan luar angkasa manusia pertama pada 1961. Pada saat yang sama, keduanya juga mengumumkan proyek bersama untuk menjamin akses independen kedua negara ke luar angkasa. Kepada Lukashenko, Putin mengatakan, kerja sama Rusia-Belarusia harus semakin berkembang dan sukses di tengah kondisi serbuan sanksi Barat yang menyasar Moskow dan Minsk yang mencakup semua sektor. Ia merinci, pihaknya sudah melaksanakan rencana integrasi yang dipetakan hingga akhir 2023 lebih dari 30 persen. Ketika Barat harus menelan pil pahit karena tidak ada lagi pasokan gas Rusia setelah sankki yang mereka buat sendiri, juga karena mereka menolak membayar dengan Rubel, Belarusia justru mendapatkan harga yang paling menguntungkan untuk minyak dan gas, yang menurut Lukashenko 'harga yang memuaskan'. Lukashenko mengatakan, negaranya cukup puas dengan metode pembayaran dengan Rubel. "Anda tahu, semua yang kami produksi dapat kami jual di sini. Artinya, kami baik-baik saja dengan rubel Rusia," ujar Lukashenko. Putin mencatat bahwa Moskow selalu memperlakukan warga Belarusia sebagai saudara, tanpa menganggap mereka saudara "yang lebih muda". Sikap itu yang membuat persahabatan Putin dan Lukashenko juga dengan beberapa negara lain, tetap stabil dan harmonis. Kedekatan mereka yang akhirnya ikut menyeret Belarus ke dalam sanksi Barat. Belarus yang bertetangga dengan Rusia, diduga mengijinkan Rusia menggunakan wilayahnya untuk meluncurkan serangan ke Ukraina. Meskipun berulang kali Lukashenko membantahnya, nyatanya Barat tetap meluncurkan sanksi berat. Lukashenko mengatakan dia yakin negara itu telah dicap secara tidak adil sebagai "kaki tangan agresor." (rmol.id)
Sumber: