Konsumen Thailand Beralih ke Daging Buaya Setelah Daging Babi Meroket
THAILAND - Di tengah melonjaknya harga daging babi di pasaran Thailand, para peternak buaya bergerak cepat memanfaatkan situasi dengan menawarkan solusi harga yang lebih murah. Salah satu yang memanfaatkan tingginya harga daging babi yang saat ini menyentuh angka 200 baht (sekitar 86 ribu rupiah) adalah pemilik peternakan buaya Hia Sak Farm di di Nakhon Pathom. Ia menjual daging buaya dengan memanfaatkan media sosial Facebook seharga 105 baht per kg dengan harga grosir mulai 70 baht per kilo untuk minimal 30 kg. Pemilik peternakan yang menolak disebutkan namanya itu mengatakan usahanya sebelumnya berfokus terutama pada ekspor. Tetapi sebagai akibat dari dampak Covid-19, dia harus menekankan pasar domestik dan akhirnya mendapat respons yang baik. Demikian pula di peternakan Rungtaweechai di tambon Samngam distrik Don Tum di Nakhon Pathom, warga dan turis berbondong-bondong membeli daging buaya. Seorang pemilik peternakan bernama Wichai Rungtaweechai mengatakan dia memelihara sekitar 12.000 buaya dari berbagai ukuran dengan yang terbesar berukuran panjang ke atas lima meter. Dia mengatakan peternakannya telah beroperasi selama lebih dari 30 tahun. “Karena daging babi mahal, kini semakin banyak orang yang beralih ke daging buaya, yang lebih murah dan enak. Ini juga rendah lemak dan tinggi protein,” katanya, seperti dikutip dari Bangkok Post, Jumat (14/1). Dijelaskannya, buaya siap disembelih ketika berumur sekitar tiga setengah tahun dengan berat 30-40kg dan panjang sekitar 185cm. "Hewan-hewan itu disetrum menggunakan arus listrik sebelum disembelih," kata Wichai, menambahkan bahwa seekor buaya menyediakan sekitar 12kg daging. Ia mengatakan daging dari bagian atas ekor hewan itu paling enak dan populer. "Padahal daging dari bagian lain bisa digunakan dalam berbagai cara, seperti dalam masakan panggang, dengan mie atau tumis," katanya. (rmol.id)
Sumber: