Saran Harmn Van Oudenhoven Petani OKU Selatan Harus Upgrade Cara Pengolahan Kopi
MUARADUA - Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan besar di Kabupaten OKU Selatan. Ini bisa dilihat dari jumlah total lahan yang mencapai 70.799 hektar dan 50.021 hektar masih produktif. Hanya saja, besarnya support hasil komoditi kopi ini ternyata belum berbanding terbalik dengan pendapatan kesejahteraan para petaninya. Sehingga beberapa petani, kini justru banyak yang mulai memindahkan jenis komoditi perkebunanya ke jagung, jahe, pirang dan lainya. Harmn Van Oudenhoven, Country Manager, Hans R. Neumann Stiftung (HRNS) mengatakan, ada beberapa hal permasalahan yang memang membuat kesejahteraan petani kopi di OKUS sejauh ini masih rendah. Salah satunya memang karena petani kopi di OKUS belum memiliki pengetahuan pengelolaan kopi benar. "Kopi OKU Selatan punya rasa yang baik (enak). Tetapi memang untuk para petaninya belum cukup banyak pengetahuan untuk pengelolaanya. Sehingga kualitas hasil panen, saat menjual tidak yang tertinggi. Pengaruhnya, kesejahteraan petaninya juga tidak meningkat," ujar Harmn Van Oudenhoven dalam Loka Karya Sinergi pengembangan kewirausahaan petani kopi dan peningkatan pendapatan berkelanjutan di Gedung Agmarateza Muaradua (15/12). Lanjut Harmn, petani kopi di OKU Selatan masih banyak belum tahu pengelolaan kopi secara benar. Seperti mulai dari pembibitan, stek, cara petik kopi saat panen, pemilihan kopi, dan lainya. Contohnya, saat petik kopi saat panen, petani kopi di OKUS masih banyak yang lakukan petik pelangi. Atau tidak melakukan pemilihan kopi merah (matang) saat panen. Tetapi juga sering mencapurnya dengan kopi-kopi yang masih berwarna kuning atau hijau. "Selain itu, cara penjemuranya yang masih dihamparkan ke aspal. Itu sebenarnya tidak benar. Karena hasil buah kopi itu sendiri, kualitasnya akan berkurang. Yang membeli juga harganya rendah," terangnya. Pengetahuan-pengetahuan cara pengelolaan kopi yang benar ini juga, yang menjadi target Hans R. Neumann Stiftung berkolaborasi dengan Dinas Pertanian OKU Selatan saat ini. Pengetahuan itu terus dilakukan, bersama para agronomi yang sudah digandeng pihak-pihaknya. "Upaya -upaya inilah yang akan kita terus lakukan Apabila petani ini mau melakukan cara-cara tersebut yang kita berikan, tentu kita yakin harapkan produksi dan kualitas kopi di OKUS akan meningkat, sehingga kesejahteraan petani kopi juga meningkat," bebernya. Bicara mengenai petani kopi, yang kesulitan mengatur ekonomi karena jenis komoditi kopi ini panen tahunan atau jaraknya cukup lama setiap panen. Sehingga sering kali terjadi paceklik untuk para petani kopi. HRNS juga kini terus mengupayakan pengetahuan para petani kopi untuk melakukan cara tumpang sari lahan. Petani kopi, diberi pengetahuan untuk tidak hanya terfokus dalam pengelolaan kopi dilahapnya. Tetapi juga bisa mengupayakan penanaman komoditi lain yang bisa dimaksimalkan. Seperti tanam jengkol, alpukat, jahe, durian dan lainya. Sehingga petani kopi juga bisa mendapat dongkrak ekonomi dari perkebunan lain dalam satu tahun tersebut. "Pengetahuan ini, terus kita lakukan. Terget kita dalam dua tahun ini ada 20 ribu petani bisa kita gandeng, sekarang masih ada 15 ribu. Dengan ini kita harap petani bisa sejahtera," ungkapnya. (end)
Sumber: