Bawang Merah Solusi Lahan Terlantar Muratara

Bawang Merah Solusi Lahan Terlantar Muratara

Bupati : Mau Bercocok Tanam Pasti Menghasilkan MURATARA-Masalah lahan terlantar dan pola masyarakat yang lebih cendrung konsumtif, masih menjadi permasalahan utama di wilayah Kabupaten Muratara. Mengatasi masalah itu, Pemerintah Daerah menggagas solusi pengembangan komoditas lokal, seperti bawang merah disektror pertanian. Bupati Muratara H Devi Suhartoni, Minggu (5/12) sekitar pukul 08.00 WIB, mengungkapkan Pemda Muratara melalui dinas Pertanian dan Perikanan, sudah melakukan pilot project atau studi pendahuluan pengembangan tanaman bawang merah di wilayah Desa Lesung Batu Muda, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara. Meski hasil, belum terlalu memuaskan, namun budidaya tanaman bawang sangat bisa diaplikasikan di wilayah Kabupaten Muratara yang beriklim tropis. "Kita sudah lakukan pilot projek tanaman bawang di lesung batu, kemarin kita panen perdana. Bawang ini produk sehari hari yang digunakan masyarakat, tapi kenapa bawang selalu beli dari luar daerah," katanya. Dia mengaku, sangat memahami karakteristik masyarakat di Muratara. Menurutnya, di wilayah Muratara tanahnya sangat subur tapi orang orangnya tidak mau menanam. "Pribahasanya lari ke hutan singkap daun ambil buah, buahnya mau tapi nanamnya tidak mau. Ini tantangan bagi OPD Pertanian, bagimana caranya budidaya seperti ini dikembangkan, saya lihat hasilnya bukan cuma laporan," katanya. Bupati mengungkapkan, ada tiga karakter negatif utama di masyarakat Muratara yang dia soroti. Diantaranya tidak punya daya saing, pola pikir sempit, dan hanya melihat orang yang sukses. "Ujung ujungnyo mentongop (Kurang cakap, lambat berpikir, tidak ada inisiatif, red) galo galo. Kalau berkebun gagal harus di tes lagi sampai benar berhasil, siapa pun yang mau bercocok tanam pasti menghasilkan," tegasnya. Pemerintah Kabupaten Muratara, menggagas pengembangan budidaya tanam bawang merah di wilayah lokal, sehingga kedepan Muratara akan dikenal sebagai wilayah penghasil Bawang di wilayah Sumsel. H Devi Suhartoni meminta OPD terkait agar benar benar berusaha mengajak masyarakat kembali berladang. Dan memperhitungkan apa yang petani butuhkan, "Jika tidak ada alat bantu alat, tidak ada pupuk bantu pupuk, tidak ada prmasaran bantu pemasaran. Saya ingin berhasil karena tanaman bawang ini potensi mengangkat ekonomi lokal," tutupnya. Sementara itu, Rodi petani bawang asal Desa Lesung Batu Muda, mengaku untuk pengembangan perdana bawang merah ternyata cukup mudah. Lahan yang ada di garap/dibajak, lalu dibuat bedengan kotak ukuran 60 Cm dengan panjang 50 meter lalu di tabur kapur pertanian dan pupuk kompos. Lahan yang sudah jadi, didiamkan selama 3 hari, agar tanah netral dari zat asam. Jarak tanaman memiliki kerapatan sekitar 15 Cm, "Saya cuma modal Rp500 ribu, jangka waktu tanam cuma 2 bulan dan mampu menghasilkan Rp1.8 juta/4 bedengan. Itu harga Rp18 ribu/kg," katanya. Dia mengaku saat ini baru memiliki 4 bedengan, dan akan kembali mengembangkan budi daya bawang. Menurut rodi, budidaya tanam bawang ini juga bisa dikembangkan di sela sela tanaman sawit. "Kalau hasil maksimal itu, 1 Kg bibit bawang bisa menghasilkan 8-9 Kg bawang merah, dan harga bawang di pasaran cujuk tinggi mulaindari Rp20-23 ribu/kg untuk harga standar," bebernya. Terpisah, kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Muratara Sudhardiman melalui sekertaris Ade Meiri mengungkapkan. Dari pilot projek budidaya tanaman lokal bawang merah yang mereka lakukan di simpulkan sudah berhasil 60 persen dan kegagalan 40 persen Kegagaan 40 persen itu terjadi akibat kurang perawatan dan pengapuran yang dilakukan petani. "Saat ini kita sudah kembangkan di beberapa wilayah lainnya. Insyaallah dalam waktu dekat pilot projek lainnya juga panen," bebernya. Ade Meiri menyampaikan dalam pembudidaya bawang merah ada dua langka yang bisa ditempuh yakni penanaman melalui umbi bawang secara langsung, atau penanaman melalui biji. "kalau pakai benih dari biji, 5 Kg itu cukup untuk 1 hektar dengan maksimal panen 6-7 ton/hektar. Harga bawang saat ini berkisar Rp25 ribu/kg dan di petani bisa sampai Rp20 ribu/Kg," tegasnya. Jika dikalkulasi, para petani bawang merah dengan hasil panen standar/triwulan bisa menghasilkan ratusan juta dalam satu hektar di lahan yang mereka garap. Tentunya ini menjadi potensi tersendiri di Muratara, karena masih banyak di dapati lahan terlantar. "Salah satu solusi lahan terlantar di wilayah kita, kembali keladang dengan penghasilan yang menjanjikan," tutupnya.(cj13)

Sumber: