Berdasarkan data tahun 2020 hingga 2022, telah menemukan lebih dari 190 aplikasi yang terinfeksi Harly Trojan di Google Play yang mendaftarkan pengguna ke layanan berbayar tanpa sepengetahuan.
Perkiraan konservatif mengenai jumlah pengunduhan aplikasi-aplikasi ini adalah 4,8 juta, namun jumlah korban sebenarnya mungkin lebih tinggi lagi.
Selain itu juga jika suatu aplikasi tidak tersedia di negara tempat tinggal, para pengguna muda akan mencari alternatif yang sering kali merupakan salinan aplikasi berbahaya.
Untuk itu sangat penting untuk mengajarkan anak-anak dasar-dasar keamanan siber sejak usia dini bagaimana agar tidak jatuh ke dalam perangkap penjahat dunia maya, ancaman siber apa saja yang dapat terjadi saat bermain game, dan cara melindungi data pribadi dengan benar.
BACA JUGA:Sama-Sama Pinjaman UMKM 2024, Cari Tau Perbedaan KUR Dan Kupedes BRI di Sini!
2. Anak-anak Menuntut Ruang Online Mereka Dihormati
Seiring bertambahnya usia, anak-anak makin sadar tentang pemahaman tentang hak atas apa yang seharusnya ia dapatkan.
Akibatnya, ketika orang tua dengan tegas mengomunikasikan niatnya untuk menginstal aplikasi digital parenting di perangkatnya, tidak semua anak akan menerima hal tersebut dengan terbuka.
Anak-anak menuntut ruang online mereka dihormati. Ini berarti bahwa anak-anak generasi digital menganggap ruang online mereka sebagai ruang pribadi.
BACA JUGA:8 Rekomendasi HP Mirip iPhone dengan Harga Termurah, Ada yang Dibawah Rp1 Jutaan!
Inilah sebabnya mengapa orang tua kini memerlukan keterampilan untuk mendiskusikan pengalaman online anak-anak mereka.
Serta pentingnya peran orang tua memberikan aplikasi digital untuk keamanan online sambil tetap menghormati ruang pribadi.
Dengan anak-anak menuntut ruang online mereka dihormati oleh para orang tua.
Tentunya hni berarti bahwa anak-anak generasi digital menganggap ruang online mereka sebagai ruang pribadi.
Memberi remaja ataupun anak-anak dengan ruang dan privasi dapat berdampak baik bagi perkembangan mereka.