Umat Muslim Memasuki Bulan Syaban, antara Bulan Rajab dan Ramadhan
OKINEWS.CO - Terhitung mulai Rabu, 22 Februari 2023 umat muslim telah memasuki bulan Syaban 1444 H. Masuknya bulan Syaban didasarkan dari penanggalan kalender Hijriah Indonesia Tahun 2023 M oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama. Ketika bulan Syaban, terdapat banyak amalan yang bisa dikerjakan. Bahkan, bulan ini dianggap sebagai bulan istimewa. Di bulan Syaban pula segala amal baik dan buruk di bawa naik kepada Allah SWT. Bulan ini berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, itulah mengapa Rasulullah SAW melaksanakan ibadah puasa sunnah di bulan Syaban. Keutamaan bulan Syaban sendiri terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid, berikut bunyinya. "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan yang berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam. Aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa," (HR. Nasa'i No: 2317). Berkaitan dengan itu, berikut merupakan contoh teks khutbah Jumat berkaitan dengan cara memuliakan bulan Syaban yang bisa digunakan untuk menyambut Jumat pertama bulan Syaban, seperti dilansir dari laman NU Online pada Kamis (23/2/2023). Secara bahasa, Syaban berasal dari kata syi'ab yang artinya jalan di atas gunung. Makna ini selaras dengan posisi bulan Syaban yang menyongsong bulan Ramadhan. Hal ini merupakan kiasan bahwa bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah tersebut merupakan momen tepat untuk menapaki jalan kebaikan secara lebih intensif, mempersiapkan diri menyambut bulan paling mulia, yakni Ramadhan. Posisi bulan Syaban yang terletak di antara Rajab dan Ramadhan seringkali kurang mendapat perhatian lebih dibanding dua bulan mulia yang menghimpitnya itu. Pada Rajab, keutamaan-keutamaan seputar puasa dan amalan lainnya kerap kita dengar. Di bulan Rajab pula kita mengenang peristiwa dahsyat yang dialami Rasulullah: Isra' Mi'raj. Bulan Ramadhan lebih hebat lagi. Orang-orang seakan-akan menjadi manusia baru, berburu fadhilah dan pahala berlipat di bulan suci ini. Tidak demikian dengan Syaban. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Nasai, Nabi menyebut Syaban sebagai bulan yang biasa dilupakan umat manusia. Dilupakan bukan berarti terhina. Ia diabaikan manusia karena manusianya sendiri yang kurang menyadari kemuliaan bulan Syaban, bukan akibat bulan Syaban itu sendiri tidak mulia. Sikap ini biasanya hanya terjadi di kalangan awam atau orang-orang yang secara ruhani belum mendekat kepada Allah. Para salafus shalih memberi perhatian lebih pada bulan ini dengan beragam kegiatan ibadah, utamanya pada momen nisfu Syaban (pertengahan bulan Syaban).
Sumber: