Update Pasien Pelajar Luka Bernanah Paska Operasi, Terungkap Ibunya 9 Tahun Jadi Petugas Kebersihan di RSUP

Update Pasien Pelajar Luka Bernanah Paska Operasi, Terungkap Ibunya 9 Tahun Jadi Petugas Kebersihan di RSUP

PALEMBANG, OKINEWS.CO - Kasus bayi yang kelingkingnya tergunting di RS Muhammadiyah Palembang sudah berujung pada perdamaian. Nah, bagaimana dengan kasus keluhan pasien pelajar SMP di RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang? Seperti diberitakan, pasien inisial Cy, yang masih berusia 14 tahun itu pasca-operasi usus buntu mengeluhkan sakit serta keluar cairan berupa nanah dari lukanya. Manajemen RSUP dr Mohammad Hoesin akhirnya menjelaskan update kondisi pasien Cy. Tim medis rumah sakit tipe A itu telah mengambil beberapa tindakan medis tentunya. Dan, tindakan itu panjang lebar dijelaskan Plt Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang (PMKP) RSUP dr Mohammad Hoesin, dr Marta Hendry SpU Subsp. Ped MARS. dr Marta mengatakan, operasi pertama dilakukan setelah didapat diagnosa ada peradangan appendix (usus buntu) akut yang mengalami suspek perforasi (bocor). “Itu hasil rontgen awal,” jelasnya. Appendix ini ketika radang dapat ditutupi dengan selaput perut (omentum). Setelah lebih dari sehari, omentum ini akan menutup sehingga appendix tidak pecah. “Tapi pasien anak ini datang setelah tiga hari radang, sudah lewat masa akutnya. Telah terjadi kebocoran,” ujar dia. Pada saat mau dilakukan operasi, ternyata pasien mengalami Covid. Sehingga Laparoscopi (operasi dengan luka kecil) di ruang bedah central tidak bisa dilakukan, takut menular ke pasien lain. “Karena itu, operasi dilakukan di kamar operasi emergency. Operasi usus buntu seperti biasanya,” jelas dr Marta. Pada operasi pertama itu, ditemukan nanah. Kemudian dicuci menggunakan 4 liter cairan NaCL dan ditutup. Berdasarkan literatur, operasi dengan perforasi (kebocoran) akan diikuti dengan infeksi luka bekas operasi. “Karena itu, tim dokter yang melakukan operasi mengambil sampel nanah untuk diperiksa agar tahu jenis kumannya,” tambahnya. Selama perawatan, pasien pun diberikan antibiotik sesuai dengan jenis kumannya. Sebelum diperbolehkan pulang, pasien diperiksa kembali oleh dokter. Tidak ada gejala lagi yang perlu dikhawatirkan. Pasien juga diberi antibiotik untuk dimakan. Pada 6 Februari, pasien datang lagi, dengan kondisi luka bekas operasinya mengeluarkan nanah dan bau tak senap. “Kondisi ini sebenarnya sudah disampaikan kepada pihak keluarga. Ini risiko dari operasi usus buntu yang sudah bocor. Ada risiko menimbulkan infeksi luka pascoperasi,” jelas dr Marta. Karena itu, langsung dilakukan operasi lagi untuk membersihkan luka tadi dari nanah. “Kalau perut pasien tidak dibuka lagi. Tim dokter hanya membersihkan luka bekas operasi. Kulit pasien di tempat luka jahitan terbuka karena memang nanah itu mencari jalan keluar,” bebernya. Terkait keluhan keluarga pasien soal sakit pada alat vital pasien, hal itu karena pembengkakan pada lemak di bawah kulit. Pada saat operasi kedua pembersihan nanah, fasia (selaput keras yang menutup otot) karena infeksi maka meregang. Untuk menyatukannya tidak mudah. Kulit dilonggarkan dulu agar fasia bisa nyatu. Waktu dilonggarkan ini bisa saja ada rembesan darah. Nah, darah ini ke bawah, ke arah alat vital). “Tapi itu bisa hilang. Satu hingga dua minggu diserap tubuh, dan hilang sendiri,” beber dr Marta. Dia menambahkan, RSUP dr Mohammad Hoesin tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien, khususnya pengguna BPJS Kesehatan. “96 persen pasien kita itu menggunakan BPJS Kesehatan. Mereka diberikan pelayanan dengan semua alat yang kita punya. Tidak ada perbedaan perlakuan,” tegasnya. Soal adanya somasi dari keluarga pasien, dr Marta mengungkapkan, hal itu akan diselesaikan secara kekeluargaan. “Pasien ini anak karyawan kita juga. Terlepas dari karyawan atau bukan, kami tetap lakukan sesuai prosedur, memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Outcome-nya, pasien sembuh dan dapat beraktivitas kembali,” tutur dia. Saat ini, kondisi pasien semakin membaik. Cy sudah bisa bergerak. Memang masih agak sakit, tapi telah diperbolehkan bergerak, makan, duduk, berjalan dan lainnya. “Dia sudah kentut, berarti kondisi ususnya bagus, tidak ada kebocoran. Sebab, kalau bocor, maka tidak kentut dan tidak BAB,” pungkas dr Marta. Terpisah, Ana (51), ibu Cy yang menjalani operasi usus buntu masih khawatir dengan kondisi sang anak. “Saat ini anak saya masih dirawat, masih keluar darah pada bagian perut bekas operasi,” ujar dia. Ana memang bekerja di rumah sakit itu sudah 9 tahun lamanya. Dia petugas kebersihan. “Anak saya itu kelas 3 SMP, dia belum bisa sekolah. Ujian tidak lama lagi,” ucapnya. Pemulihan pasca-operasi sangat tergantung dengan kondisi operasi. Ketua IDI Palembang, Dr dr Zulkhair Ali SpPD KGH FINASIM menjelaskan, secara sederhana ada istilah operasi bersih dan operasi kotor. Operasi bersih misalnya operasi mata dan jantung. “Tapi ada operasi kotor, misalnya di operasi di bagian perut, saluran kemih. Nah, pasien usus buntu ini masuk kategori yang ini,” jelas pria yang juga spesialis penyakit dalam di RSUP dr Mohammad Hoesin itu. Kata Zulkhair, operasi bersih biasanya tidak sampai infeksi. Namun, potensi infeksi mungkin terjadi pasca-operasi kotor. “Sebab, daerah-daerah yang dioperasi itu karena dalam perut ada kuman e-Col,” bebernya. Untuk mengobati infeksi itu, dokter akan berikan antibiotik. “Apalagi kalau memang sebelum dioperasi sudah infeksi duluan,” tambahnya. Untuk lamanya pemulihan pasien pascaoperasi, Zulkhair mengatakan, semua tergantung kasusnya, bersih atau kotornya, maupun tingkat penyakitnya. “Misal operasi bersih yaitu operasi katarak. sehari setelah operasi bisa pulang. Tapi kalau jantung, biasanya cukup lama,” tandasnya. (tin/nni)          

Sumber: