Di Lokasi KKN Desa Penari Ternyata Ada Kampung yang Sudah ‘Hilang’

Di Lokasi KKN Desa Penari Ternyata Ada Kampung yang Sudah ‘Hilang’

FILM bertajuk KKN di Desa Penari tengah menjadi perbincangan publik negeri ini. Lebih dari 7 juta orang sudah menyaksikan film yang diklaim diangkat dari kisah nyata itu. Tak ayal, publik dibuat penasaran. Di mana tempat aslinya desa yang diceritakan penuh misteri tersebut. Setelah film itu dirilis dan booming, misteri tentang lokasi asli desa tersebut kembali dicari. Dan, meski masih memicu pro-kontra, ”Desa Penari” disebut-sebut berada di Banyuwangi. Apalagi, di film tersebut, ada begitu banyak adegan yang seakan ”mengarahkan” bahwa cerita tentang kejadian mistis yang menimpa sejumlah mahasiswa yang sedang KKN itu terjadi di sana. Jawa Pos Radar Banyuwangi menelusuri sejumlah desa yang disebut-sebut sebagai ”Desa Penari”. Salah satunya adalah Desa Bayu di Kecamatan Songgon. Di sana terdapat petilasan bernama Rowo Bayu yang disebut-sebut lokasi kegiatan KKN mahasiswa sebuah perguruan di Surabaya itu. Benarkah? Ditemui di kediamannya, Kepala Desa Bayu Sugito menceritakan fakta menarik. Dia mengakui, hal itu terjadi sekitar 2009 (persis dengan waktu kisah yang diangkat dalam film tersebut). ”Saya tanyakan ke perangkat desa. Mereka mengaku (pernah ada, Red) 11 mahasiswa dari Surabaya KKN di sini,” katanya, Minggu (22/5). Awalnya rombongan datang ke Rowo Bayu. Tapi, ada dua anak yang memisahkan diri dan masuk hutan. Ending ceritanya pun persis dengan kisah dalam film maupun cerita aslinya yang diunggah di salah satu akun media sosial. ”Setelah kembali ke desa, mereka berdua tiba-tiba sakit keras. Mereka dipulangkan dan beberapa bulan kemudian meninggal,” ungkapnya. Meski membenarkan adanya peristiwa itu, Sugito tidak yakin bahwa kisah KKN di Desa Penari itu terjadi di desanya. Sebab, di sana tidak pernah ada sanggar tari. ’’Kalau Desa Penari saya jamin bukan di sini. Kalau kisah itu, mungkin iya. Tapi, tidak ada pembuktiannya. Makanya, kami sedang mengumpulkan data-data terkait hal itu,” katanya. Sugito juga mengakui di desanya dulu terdapat kampung yang kini sudah ”hilang”. Namanya Darungan atau Pendarungan. Dulu ada 10 rumah di sana. Tapi, pada 2010 warga mulai meninggalkan tempat itu. Berharap Jadi Destinasi Wisata Baru KISAH para mahasiswa KKN itu juga diamini pengelola Rowo Bayu, Sudirman. Namun, yang diungkapkan Saji, juru pelihara (jupel) Rowo Bayu, lain lagi. Dia menolak cerita itu. ”Saya saja tidak pernah tahu ada anak KKN datang ke Rowo Bayu, kok,” kata jupel yang bertugas sejak 2003 itu. Pemerhati budaya Banyuwangi Pribadi Fransdinata ikut menelusuri desa yang tengah bikin jutaan publik penasaran itu. Dia menyebut di Desa Bayu dan sekitarnya tidak ada budaya tari. Hanya ada wilayah perkebunan dan hutan. Desa itu juga jarang menjadi jujukan kegiatan KKN. Pribadi mengatakan, ada dua desa yang lebih logis sebagai desa aslinya ”Desa Penari”. Yakni, Kemiren dan Olehsari. Dua desa itu menjadi jujukan mahasiswa KKN yang ingin mempelajari budaya. Terlepas dari masih misteriusnya lokasi asli ”Desa Penari”, Pemkab Banyuwangi malah menyebut rasa penasaran publik akan berimbas positif ke dunia pariwisata di kabupaten paling timur di Jatim tersebut. ”Cerita-cerita itu tentunya akan memikat banyak orang untuk datang ke Banyuwangi,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) M. Yanuarto. Apalagi, Banyuwangi memiliki beberapa destinasi yang punya atmosfer senada dengan desa dalam film tersebut. ”Seperti Taman Nasional (TN) Alas Purwo, D’Djawatan, dan Rowo Bayu. Kami optimistis kunjungan di tiga lokasi tersebut akan meningkat,” katanya. (sas/sgt/abi/aif/c7/ris/jawapos)

Sumber: