Ardian Hafidz, Anak Tukang Bangunan Diterima di 7 Universitas Top Dunia
BOYOLALI – Ardian Hafidz Annafi, 18, siswa asal Nepen, Teras, Boyolali, tengah menjadi perbincangan hangat. Siswa SMA Pradita Dirgantara Ngemplak ini berhasil diterima di tujuh universitas top dunia. Ardian merupakan anak dari tukang bangunan, Mardiyono, 48, dan ibunya, Yuni Puji Astuti, 43, memiliki usaha jasa laundry di rumahnya. Ardi diterima di tujuh kampus yang tersebar di Kanada, Selandia Baru, dan Australia. Ketujuh universitas ini menempati peringkat top 100 dan top 200 dunia versi QS World University Rankings (WUR). Ardi diterima di University of Toronto, University of British Columbia, The University of Western Australia, Wageningen University, University of Otago dan Curtin University, dan Victoria University of Wellington. “Saya langsung terharu. Senang gembira. Alhamdulillah anak saya keterima di kampus luar negeri. Kami tidak menyangka Ardian diterima di tujuh universitas luar negeri yang masuk kategori top dunia,” jelas sang ibu, Yuni ditemui Jawa Pos Radar Solo ini di rumahnya, Minggu kemarin (15/5). Informasi anaknya diterima ditujuh universitas top dunia dari grup WhatsApp orang tua siswa pada Jumat (13/5) lalu. Kabar tersebut lantas disambut dengan rasa syukur keduanya. Karena dia tidak menyangka anaknya bisa diterima. Apalagi Yuni yang memiliki penghasilannya hanya Rp 50 ribu perhari bisa mengantarkan anaknya kuliah ke luar negeri. “Jadi daftarnya itu satu. Yang di UBC (University of British Columbia) tapi kemudian enam universitas lainnya melamarnya jadi mahasiswa,” katanya. Dia menyerahkan keputusan kepada anaknya untuk memilih ke perguruan tinggi yang diinginkan. Ardian lantas memilih mengambil studi Bachelor of Science di University of British Columbia. Soal biaya kuliah, keduanya tidak khawatir. Kuliah Ardian akan dibiayai oleh negera melalui program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sang ayah, Mardiyono mengamini, Ardian memang menonjol secara akademik. Sejak belajar di SDN 2 Nepen anaknya selalu masuk peringkat 10 besar. Bakat akademik anaknya mulai terlihat sejak kelas 4 SD. Ardian selalu menempati peringkat pertama. Prestasi Ardian ini ternyata didukung dengan kegemarannya membaca buku. “Dia lebih senang baca buku ketimbang bermain dengan anak seumurannya. Dia tidak suka main. Sukanya baca-baca. Bahkan sampai saat ini kalau ada kesempatan masih baca buku di perpustakaan daerah Boyolali,” ujarnya. Saat Jawa Pos Radar Solo menemui orang tuanya di rumahnya, Ardian masih berada di asrama sekolah. Dia baru berangkat ke luar negeri setelah lulus. (rgl/bun/dam)
Sumber: