Merah Putih

Merah Putih

Oleh : Dahlan Iskan DI TENGAH melonjaknya Omicron saya melakukan survei kecil-kecilan: seberapa takut mereka kepada Covid-19 sekarang ini. Dibanding saat melonjaknya varian Delta Juni-Juli tahun lalu. Pertanyaan saya: di level berapa kekhawatiran Anda sekarang ini. Dibanding kekhawatiran Anda saat mewabahnya Delta. Sahidin: 9 (dulu), 6 (sekarang). Nicky : 8 (dulu), 4 (sekarang). Yeye : 3 (dulu) 1 (sekarang). Jincek : 10 (dulu), 1 (sekarang). Alun : 10 (dulu), 3 (sekarang). Masih banyak lagi yang saya tanya: jawabnya mirip-mirip itu. Rasanya, Anda pun seperti itu. Juga saya. Angka Covid-19 sekarang ini sebenarnya sangat tinggi: 37.000/sehari Selasa lalu. Kecenderungannya pun masih terus naik. Tapi tidak terdengar ada kepanikan. Tidak terlihat juga kehebohan di rumah sakit. Restoran masih buka seperti biasa. Liga sepak bola tidak ditunda –hanya pemain yang positif Covid dilarang turun ke lapangan. Kantor teman saya di Jakarta tenang-tenang saja: padahal 21 orang positif Covid serentak. Tidak satu pun yang perlu masuk rumah sakit. Kantor Persebaya juga kena wabah. Tim Persebaya juga banyak yang positif –sampai kalah 0-2 oleh Persipura. Perayaan Imlek tetap meriah. Saya menghadiri tiga acara Imlek, semuanya penuh dengan warga Tionghoa. Waktu makan, setiap ganti menu semprot tangan dulu dengan cairan antiseptik. Lalu-lintas WA dan medsos juga lebih tenang. Tidak banyak kabar pengusaha besar meninggal dunia. Ketika Menko LBP mengeluarkan imbauan "yang berumur 60 tahun ke atas jangan keluar rumah'' malah jadi meme: memangnya ia sendiri berumur berapa. Padahal, maksud LBP: yang punya komorbid berat saja. Pokoknya, Omicron dianggap tidak menakutkan lagi. Ekonomi tetap jalan. Kemarin saya dan istri diundang menghadiri pembukaan klinik baru di Surabaya Timur. Yakni klinik kecantikan NMW cabang ke-16: operasi plastik, PRP, dan sebangsanya. Usaha-usaha baru memang mulai menggeliat. "Bisnis klinik kecantikan termasuk yang stabil selama Covid," ujar Arumi, bintang film yang kini jadi istri Wakil Gubernur Jatim. Arumi juga memberikan kiat-kiat bagaimana agar kulit tetap cantik di bagian yang selalu tertutup masker. Kabar gembira lainnya: Vaksin Merah Putih memasuki tahap yang menentukan. Dua hari lalu, uji klinis tahap 1 dimulai. Jadwal uji klinis tahap 2 pun sudah ada. Demikian juga tahap 3: Juli 2022. Ternyata Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang muncul sebagai pemenang. Bukan Universitas Indonesia (UI), bukan pula Universitas Gadjah Mada (UGM). Yang mengejutkan: bahkan bukan pula Lembaga Eijkman. Yang sejak awal digadang-gadang sebagai yang paling maju dalam mempersiapkan vaksin Merah Putih. Untungnya Lembaga Eijkman sudah meninggal dunia –di masa Covid-19 ini. Ia sudah dilebur ke dalam BRIN. Eijkman tidak perlu lagi merasa malu dikalahkan Unair. Tentu banyak yang akan mencibir Unair: kok terlambat sekali. Kok baru sekarang bisa memasuki tahap uji coba pertama. Ketika vaksinasi sudah relatif merata. Saya tidak ikut mencibir. Saya tahu persis: betapa sulitnya Unair mendapatkan pendanaan. Boleh dikata momentumnya kurang menguntungkan. Ketika Unair berada di tahap perlu dana riset, lembaga-lembaga riset kita lagi sibuk-sibuknya berproses melebur diri ke dalam satu lembaga: BRIN. Bahwa akhirnya Unair berhasil mencapai tahap uji coba, rasanya sudah sangat hebat. Bahkan pasti ada yang kaget: lho, bisa jadi ya? Tentu, kini, Unair menghadapi kesulitan di lapangan: siapa yang akan menjadi relawan uji coba. Khususnya dari kota Surabaya. Vaksinasi di Surabaya sudah mencapai di atas 115 persen. Tentu sulit mencari relawan Merah Putih. Maka saya pun ikut lega ketika akhirnya muncul berita ini: Rektor Unair Mohammad Nasih sudah mendapat dukungan penuh dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Panglima akan mengerahkan anggota TNI dan keluarga: terutama mereka yang tinggal di Jatim. Berarti, kalau BPOM meluluskannya, akhir tahun ini Unair melahirkan vaksin Covid pertama anak bangsa. Tentu ini prestasi universitas kita. Bukan doa agar Covid sabar menanti di Indonesia. (Dahlan Iskan)

Sumber: