Kurikulum Prototipe: Guru “Nyentrik”, Siswa Tertarik

Kurikulum Prototipe: Guru “Nyentrik”, Siswa Tertarik

Oleh: Jerry Puspitasari, S.Pd., M.Pd. * CHARLES Darwin menyatakan dalam bukunya the origin of species mengenai Teori Evolusi: "Bukan yang terkuat yang menang, bukan yang terbesar yang bertahan, tetapi yang mampu beradaptasi yang akan mampu survive". Sejauh ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi telah mencanangkan Kurikulum Paradigma Baru diuji coba dengan sebutan Kurikulum Prototipe. Kurikulum sudah diterapkan di 2.500 satuan pendidikan tergabung Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan pada 2021. Namun mulai 2022, satuan pendidikan tidak termasuk sekolah penggerak pun diberikan opsi menerapkan Kurikulum Prototipe. Karakteristik Kurikulum Prototipe ini adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek mendukung pengembangan karakter sesuai profil pelajar Pancasila (pengembangan soft skills dan karakter akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan, kemandirian, nalar kritis, kreativitas), fokus pada materi esensial dan fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa atau teach at the right level. Baca juga: DPRD Blora Ingatkan BKD agar Update Regulasi Karakteristik Kurikulum Prototipe Pertama, pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills). Keterampilan non-teknis adalah perkembangan kemampuan dengan EQ dan berkaitan kemampuan bersosialisasi para siswa. Kurikulum Prototipe, tidak hanya diajarkan keterampilan berkaitan bidang ditekuni siswa saja, tetapi bisa lintas minat. Guru diminta memberikan sejumlah tugas atau proyek kepada para murid sifatnya lintas mata pelajaran, bahkan lintas peminatan. Kurikulum Prototipe, siswa SMA/SMK melaksanakan penilaian proyek. Namun, sekolah tetap diberikan keleluasaan pengembangan program kerja tambahan. Kedua, berfokus materi esensial. Kurikulum Prototipe mengedepankan karakter dan kompetensi esensial siswa. Pembelajaran difokuskan materi-materi esensial, maka ada waktu cukup pembelajaran mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi. Juga, tidak ada lagi jurusan ilmu sosial (IPS), alam (IPA), dan bahasa di jenjang pendidikan SMA. Siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai diminati. Pemilihan jurusan IPA dan IPS akan melebur menjadi IPAS berdampak positif pada pendidikan di SMA, terdapat persepsi bahwa jurusan tertentu lebih unggul dan lebih menjanjikan masa depan. Padahal tidak 100 persen benar. Siswa akan berkembang sesuai minat dan talentanya. Ketiga, memberikan fleksibilitas bagi guru. Dimaksudkan guru melakukan pembelajaran sesuai kemampuan siswa dan penyesuaian konteks dan kearifan lokal. Perencanaan kurikulum bagi sekolah dapat diatur lebih fleksibel. Dalam Kurikulum Prototipe, tujuan belajar ditetapkan perfase, yakni dua hingga tiga tahun, untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah. Sekretaris Jendral Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, menyampaikan masukannya terkait Kurikulum Prototipe ini. Ia menilai, selain guru dan sekolah, Kemendikbudristek harus sosialisasi intensif kepada seluruh dinas pendidikan. Masih banyak sekolah kesulitan mendapatkan informasi kurikulum ini karena sistem informasinya terpusat di Kemendikbudristek. Ketika sudah diterapkan, nantinya kurikulum bakal dilakukan evaluasi kembali pada 2024. Draf tentang Kurikulum Prototipe ini dikeluarkan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek pada 20 November 2021. Secara khusus muatan kurikulum, ada beberapa hal baru. Antara lain mapel IPA dan IPS digabung menjadi ilmu pengetahuan alam dan sosial (IPAS). Menurut penulis, paling progresif kurikulum ini menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan, kemampuan riset dan literasi siswa lebih tumbuh. Kenyataan dialami apabila Kurikulum Prototipe benar dilaksanakan adalah guru yang kurang "Nyentrik" (Menyenangkan, Tangguh, Responsif, Inspiratif dan Kreatif) tidak akan diperhatikan. Ending-nya tidak mendapatkan pilihan dari siswa mengikuti pelajaran diampu. Sehingga hal ini, memacu guru meningkatkan kompetensi pedagogik, sosial, profesional, dan kepribadian. Guru harus mengajar dengan model dan personality menyenangkan. Memberikan tauladan tangguh dan responsif menghadapi tantangan perubahan di era VUCA, mampu menjadi inspirasi bagi siswanya lebih kreatif. Intinya penerapan Kurikulum Prototipe mengatasi learning loss, siswa maupun pendidik harus mampu beradaptasi perkembangan zaman dan mengejar ketertinggalan pembelajaran. Siapkah guru mengimplementasikan Kurikulum Prototipe kepada peserta didiknya? Mari kita renungkan ini sembari minum kopi dan makan rengginang di dapur umum!. *) Peraih Medali Emas OGN Sosiologi 2016, Guru Sosiologi SMAN 1 Jepon (bj/*/min/JPR/radarbojonegoro)

Sumber: