Etika Menghubungi Guru melalui Whatsapp

Etika Menghubungi Guru melalui Whatsapp

Siti Nur Fatimah, S.Pd.; Guru SMP 3 Kudus (Dok Pribadi) GAWAI merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan bagi manusia. Dengan teknologi ini, jangkauan komunikasi dari satu orang ke orang lain menjadi lebih mudah. Bahkan, tanpa memerlukan tatap muka, komunikasi dapat dilakukan dengan lancar. Terlebih lagi dengan perkembangan internet saat ini, jangkauan komunikasi menjadi semakin luas. Setiap orang dapat terhubung dengan berbagai platform media sosial. Seperti yang sudah familiar saat ini, misalnya Whatsapp. Mereka bisa saling sharing untuk membahas berbagai topik yang menarik. Dalam hal ini, dapat dipahami perkembangan teknologi dapat meningkatkan peradaban kehidupan manusia yang semakin maju serta penuh dengan kemudahan. Hingga kini, kehadiran gawai menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat pada umumnya. Selain sebagai media yang dapat memudahkan komunikasi sehari-hari, terdapat berbagai macam fungsi gawai yang tidak kalah pentingnya. Yaitu untuk komunikasi antara guru dengan siswa baik di sekolah maupun di rumah. Kebanyakkan siswa saat menghubungi guru memilih melalui Whatsapp. Walaupun melalui WA, hendaknya tetap memerhatikan etika. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Banyak peserta didik yang tidak mengerti cara berkomunikasi dengan guru yang santun, sehingga chat-nya diabaikan. Sebab, guru kesal atau tersinggung. Mereka belum bisa membedakan mengirim pesan antara guru dan temannya. Dengan kejadian ini, sebagai guru hendaknya peduli dengan memberi arahan pada siswa tentang etika menghubungi guru melalui Whatsapp. Berikut etika menghubungi guru melalui Whataapp. Pertama, perhatikan waktu mengirim pesan. Ketika mengirim pesan, hendaknya memerhatikan jam istirahat dan waktu ibadah. Hendaknya tidak terlalu malam atau pagi. Kirimlah pesan pada saat jam kerja. Kedua, awali percakapan dengan ucapan salam dan sapaan penghormatan. Untuk memulai pesan dengan guru ucapkan salam dan sapaan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada guru. Hendaknya menyebut nama guru setelah menyapa dengan ”Pak” atau ”Bu” agar terkesan dekat dan akrab. Misalnya, ”Assalamualaikum. Selamat pagi, Pak Ardi.” Ketiga, gunakan bahasa formal. Bapak atau ibu guru bukanlah teman sebaya, maka gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Walaupun bapak atau ibu guru menggunakan bahasa santai, tapi tetap wajib menggunakan bahasa yang formal untuk menjaga adab atau sopan santun. Hindari juga penggunaan bahasa yang tidak umum dan singkatan-singkatan dalam mengirim pesan, seperti sy, dmn, kpn, gpp, ok. Baca Juga : Tantangan Pendidikan Islam Masa Kini Keempat, ucapkan maaf karena mengganggu waktunya. Setelah mengucapkan salam dan menyapa guru, hendaknya menyampaikan permohonan maaf karena telah mengganggu waktu mereka. Contoh: Mohon maaf, Pak atau Bu mengganggu waktunya. Kelima, perkenalkan identitas diri. Sebelum menyampaikan pesan inti, hendaknya memperkenalkan diri. Hal ini dilakukan agar guru tahu nama dan kelas anak yang mengirim pesan, kemungkinan guru tidak akan merespons jika mereka tidak mengenal identitas yang mengirim pesan. Meski sudah pernah mengirim pesan pada bapak atau ibu guru, mungkin nama siswa yang mengirim pesan belum sempat disimpan dalam kontak, karena keterbatasan memory dan banyaknya siswa. Untuk kasus chat di Line, di mana nama otomatis tercantum, salah satu etikanya adalah me-rename dengan nama asli atau nama lengkap dan jangan pernah menggunakan nama palsu. Perkenalan singkat ini juga perlu dilakukan, agar membantu guru untuk mengingat, karena jumlah siswa yang banyak, sehingga sulit untuk menghafal nama siswanya. Identitas yang perlu disampaikan cukup nama dan kelas. Contoh: Selamat pagi, Bu Dena. Maaf mengganggu. Saya Pipit dari kelas lX F.” Keenam, jelaskan tujuan. Jelaskan tujuan mengirim pesan dengan tulisan yang jelas. Contohnya, ”Saya ingin bertanya tentang tugas yang Ibu berikan hari ini. Apakah tugas tersebut dikirim via GCR atau email Bu?” Ketujuh, ucapkan terima kasih. Jangan lupa mengucapkan terima kasih. Kedelapan, merespon kembali jawaban guru. Ketika guru sudah menjawab pertanyaan, segeralah merespons kembali sebagai tanda telah paham tentang jawabannya. Respon bisa dengan kalimat afirmasi menandakan pertanyaan kita sudah selesai terjawab. Bisa juga berbentuk pertanyaan lanjutan jika memang diperlukan dan mendesak. Etika yang perlu diperhatikan adalah jangan memulai percakapan kembali sampai percakapan sebelumnya selesai dijawab guru. Intinya, jangan sampai jawaban guru tersebut hanya di-read atau diabaikan. Hendaklah merespons dengan baik pula dengan mengucapkan ”Terima kasih”. (*/radarkudus)

Sumber: