Nah Loh…Ternyata Tidak Ada Kajati Bicara Bahasa Sunda dalam Rapat

Nah Loh…Ternyata Tidak Ada Kajati Bicara Bahasa Sunda dalam Rapat

BANDUNG – Arteria Dahlan makin terpojok setelah berdasarkan pengecekan, tidak ada Kajati berbicara bahasa Sunda saat rapat. Hal itu disampaikan Budayawan Sunda, Budi Setiawan Garda Pandawa alias Budi Dalton yang angkat bicara soal pernyataan Arteria Dahlan. Budi Dalton mengungkap, telah dilakukan pertemuan dengan sejumlah inohong Jawa Barat yang khusus membahas ucapan Arteria Dahlan. Dari hasil pertemuan dan konfirmasi yang dilakukan, Budi Dalton memastikan tidak ada Kajati yang menggunakan bahasa Sunda saat rapat kerja Komisi III DPR RI bersama Jaksa Agung ST Burhanuddin dan jajarannya. Berdasarkan informasi yang dirinya himpun, dalam rapat tersebut terdapat empat Kajati yang adalah orang Sunda. Mereka diketahui bertugas di luar Jawa seperti Kalimantan Timur, Riau dan lainnya. “Mereka menyatakan tidak ada yang berbahasa Sunda. Tapi kalau sebelum rapat say hello seperti menanyakan kabar, ang kumaha damang? (gimana baik?) Itu mah wajar-wajar saja,” tutur Budi Dalton. Konfirmasi juga dilakukan kepada Kajati Jabar Asep Nana Mulyana. “Termasuk Pak Kajati Jabar juga sudah dikonfirmasi (tidak menggunakan bahasa Sunda) oleh Pak TB Hasanuddin,” bebernya dilansir dari RMOLJabar, Rabu (19/1/2022). Karena itu, Budi Dalton menanggap pernyataan Arteria Dahlan terlalu berlebihan dan cenderung mengada-ngada. Terlebih dengan permintaan Arteria Dahlan agar Kajati pemakai bahasa Sunda untuk diganti. “Memang ada dua konotasi, diganti bahasa Sundanya menjadi bahasa Indonesia atau diganti orangnya. Apapun pembenarannya, dua-duanya berkonotasi tidak baik bagi Sunda,” tuturnya. Kang Budi menduga, pernyataan kontroversial Arteria Dahlan dilatarbelakangi sikap iri. Sebab, kejaksaan sebagai mitra Komisi III DPR RI didominasi orang-orang Sunda. “Sirik bisa gak? Ah bisa saja walaupun dibalut oleh kalimat-kalimat bagus. Banyak alasannya, mungkin. Hanya ternyata ya tidak ada alasan, itu yang anehnya,” ucapnya. “Saya pikir seorang anggota dewan sebelum berbicara harus memikirkan dampaknya akan seperti apa, itu yang kita sayangkan. Ini sangat tidak bisa menjadi contoh menurut saya buat yang lain,” tandas Kang Budi. (rmol/ruh/pojoksatu)

Sumber: