Viral Pemanjat Patung GWK, Ternyata…

Viral Pemanjat Patung GWK, Ternyata…

BADUNG – Tengah viral video seseorang tengah memanjat Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung, Bali. Video yang membuat geger jagat maya itu, berdurasi sekitar 9 detik berisi seorang tengah memanjat disertai backsound orang-orang berteriak meminta sosok di atas agar segera turun. Namun belakangan, melalui akun Instagram pribadinya, penggagas Patung GWK, Nyoman Nuarta, memberi klarifikasi soal video viral tersebut. Yang mana, terungkap sosok di dalam video merupakan salah satu staf GWK yang tengah melakukan perawatan patung. Dalam unggahannya, Nyoman Nuarta meminta agar masyarakat tidak khawatir soal video yang beredar. “Heboh Pemanjat GWK itu adalah staf kami yg bernama JUNOT @dzunot_ardiansyah sedang melaksanakan tugas. Memeriksa GWK. Takut ada yang bocor. Terima kasih atas kepedulian anda sekalia,” begitu penjelasan pada unggahannya yang diposting Rabu (24/11) lalu. Dikonfirmasi Bali Express (Jawa Pos Group), Ari Ardiansyah, membenarkan bahwa tokoh dalam video tersebut merupakan dirinya. Laki-laki yang kerap disapa Dzunot itu menyampaikan, bahwa ia tengah melakukan perawatan patung GWK bersama rekan-rekan lainnya. “Saya lagi maintenance patung GWK itu, lagi perawatan bocor dan karat di patung. Sebetulnya untuk perawatan di luar bagian atap itu sudah berlangsung satu mingguan lebih, kemudian viral Rabu kemarin itu,” jelasnya, Jumat (26/11). Viralnya video tersebut, terus-terang membuatnya kaget. Bagaimana tidak, begitu turun menyelesaikan tugas hari itu, media sosial pribadinya telah diramaikan oleh video-video repost dari netizen. “Saya kaget banget jujur saja, kok begitu turun banyak orang. Instagram ramai, medsos pada ramai semua. Sampai Bos yang di Bandung nelpon, begitu pun pihak GWK,” kata laki-laki kelahiran Serang, Banten, Januari 1986 ini. Diakui Dzunot, sebetulnya ketika melakukan perawatan ia tidak memanjat Patung GWK itu, melainkan ia menaiki tangga yang ada di dalam patung. “Ada pintu keluar di patung untuk perawatan, kemudian tinggal pasang tali pengaman, ya kita pasang biasa kemudian kerja seperti biasa,” jelasnya. Terkait video sendiri itu bukanlah berasal dari pengunjung GWK juga dan kemungkinan diambil di luar dari area GWK. Sebab, pada hari itu GWK dalam kondisi tutup. Sementara soal suara-suara heboh yang terdengar di video, pihaknya mengkonfirmasi merupakan potongan suara dari aplikasi TikTok. “Kalau siapa yang videoin dari awal itu kurang tahu karena jauh jaraknya dari bawah, saya lihat juga di medsos kurang jelas,” katanya. Ditanyai asal-muasalnya bekerja di GWK, Dzunot mengungkapkan ia sudah bekerja di GWK sejak tahun 2018. Ia sebagai teknisi pekerja ketinggian akses tali (teknisi rope access) yang tergabung dalam PT Siluet Nyoman Nuarta yang berpusat di Bandung. Dzunot menuturkan, untuk perawatan ini sudah ketiga kalinya sejak patung selesai digarap pada Agustus 2019 lalu. Perawatan pertama dilakukan pada akhir 2019. Harusnya, kata dia, perawatan dilakukan tiga kali dalam setahun. “Karena kepotong pandemi akhirnya kita menyesuaikan dengan kebijakan era pandemi, dan cuaca di curah hujan tinggi karena cek kebocoran juga,” katanya. Untuk ke atas, sebetulnya bisa menggunakan tangga manual atau lift. Yang mana untuk tangga perawatan bisa sampai ke atas, sedangkan untuk pengunjung hanya sampai lantai 23. Ia menceritakan, kondisi saat itu ia memang berpijak pada permukaan miring karena berada di ekor-ekor Garuda. Tekanan angin di atas pun cukup kuat serta pijakan yang licin, namun dirinya sudah terikat dengan tali yang menahan agat tidak terjatuh. “Makanya tidak bisa sembarang juga yang bekerja harus tersertifikasi bekerja di ketinggian,” ungkapnya. Sekali perawatan, waktunya sekitar tiga sampai empat bulan. “Ini masih berlanjut, baru satu bulan. Untuk maintenance sekarang lebih ke penambalan bagian patung yang bocor, pengecatan karat-karat besi siku di dalam, nah ini kebetulan saja kemarin ada yang bocor di luar,” tambahnya. Dirinya pun tak munafik. Ketakutan memanjat medan yang tinggi menurutnya adalah hal yang manusiawi. Tetapi jika sudah mengetahui risiko bahaya serta paham kegunaan setiap alat panjat, bisa mengurangi rasa takutnya. Begitu pula yang dirasakan pihak keluarga, Dzunot mengaku, keluarganya sempat khawatir, namun karena sudah diyakinkan bahwa aman dan bersertifikat, pihak keluarga akhirnya percaya. Sebelumnya, Dzunot sudah memiliki hobi panjat tebing sejak tahun 2005. Kemudian, ia bergabung di sekolah sertifikasi pekerja ketinggian. Barulah pada tahun 2008, ia mulai menerima kerjaan untuk menggarap gedung-gedung tinggi di Jakarta. Salah satunya milik BUMN seperti Pertamina dan PLN. “Kalau untuk bentuk monumen serumit dan sekompleks ini, dengan tingkat bahaya tinggi, ya ini (Patung GWK) medan yang paling tinggi yang saya garap. Kalau untuk gedung mungkin banyak di Jakarta,” tandasnya. (bx/ras/ras/JPR)

Sumber: