Tragedi Pompom

Tragedi Pompom

Oleh : Dahlan Iskan GRUP pompom nenek-nenek ini berduka berat. Juga kita semua. Anda sudah tahu peristiwanya: nenek-nenek tua itu lagi dansa. Di jalan raya. Bergembira ria. Mereka berpakaian pompom  –yang tidak kalah jreng dengan pompom girl. Mereka lagi ikut parade meriah di kota tetangga: Waukesha. Yakni kota kecil yang menempel di kota besar Milwaukee. Letaknya 1,5 jam naik sepeda Wdnsdy dari pinggir ''pantai'' danau Michigan. Tiba-tiba saja, sebuah mobil merah, Ford Escape, melaju kencang menerobos parade itu: menyasar siapa saja yang berparade di jalan utama kota Waukesha. Lima orang tewas. Lebih banyak lagi yang luka-luka: 48 orang. Empat dari lima yang meninggal itu adalah anggota pompom grandma. Salah satunya: Wilhelm Hospel. Umur, 81 tahun. Yang lain berumur 79 tahun, 71 tahun. Dua lainnya berumur 52 tahun –golongan neli. Nama grup itu: Milwaukee Dancing Grannies. Itulah kumpulan wanita yang ingin terus bahagia gembira sampai tua meninggal dunia. Di mana pun ada parade, mereka berusaha pergi ke kota itu. Show. Menari. Dansa. Sepanjang rute. Dalam setahun mereka bisa tampil 25 kali. Banyak kali pula memenangkan trofi. Kalau lagi tidak ada show, mereka tetap kumpul: latihan. Sambil  menikmati dansa sesama  anggota. Seminggu sekali. Kok ada yang masih berumur 52 tahun? Sejak didirikan di tahun 1984, persyaratan menjadi anggotanya memang tidak membatasi umur. Yang penting sudah punya cucu. Ummi Hilal pun, teman semua komentator Disway itu, bisa menjadi anggota –kalau saja tinggal di sana. Salah satu yang meninggal itu sebenarnya tidak ingin ikut parade. Dia merasa tidak fit. Tapi tim itu kurang satu –bisa dicoret oleh panitia: tidak memenuhi syarat minimal kelompok peserta parade. Maka dia pun terpaksa ikut. Hanya bertugas memegang banner. Teroris? "Bukan. Ini tidak membahayakan keadaan selanjutnya," ujar polisi setempat, seperti disiarkan banyak media di sana. Pelakunya hanya satu orang: Darrell Brooks Jr. Umur, 39 tahun. Seorang penyanyi rap tingkat lokal. Nama grupnya: MathBoi Fly. Mobil merah itu pernah terlihat di salah satu foto terkait dengan show musik grup Darrell. Sore itu Darrell baru saja bertengkar dengan istrinya. Atau orang lain di rumahnya. Media di sana masih berspekulasi dengan siapa ia bertengkar di rumah itu. Ia langsung naik mobil, ngebut, memasuki area parade, menyasar siapa saja yang di keramaian itu. Di Amerika hari-hari ini memang penuh parade. Di mana-mana. Itulah parade hari besar Thanksgiving. Yang jatuh pada setiap Kamis minggu keempat bulan November. Tahun ini jatuh di tanggal 25 November besok. Banyak parade yang sekaligus dimaksudkan untuk menyambut hari Natal. Terutama di kota kecil seperti di Waukesha itu: Christmas Holiday Parade Sunday. Karena itu paradenya lebih awal: hari Minggu kemarin. Yang paling istimewa tentu di New York. Nanti sore balon-balon raksasa dipompa. Balon itu berbentuk aneka tokoh film kartun. Yang akan diarak di sepanjang rute. Pemompaan ini saja sudah jadi tontonan turun. Belum lagi Kamis keesokan harinya: itulah puncak parade Thanksgiving. Berbagai atraksi spektakuler tampil di jalan raya. Kakek Mirza pasti sering menontonnya secara langsung. Saya baru sekali. Terkagum-kagum. Serba spektakuler. Sambil ingat karnaval di desa saya. Yang dulu selalu saya ikuti. Setiap tahun baru 1 Muharam. Hanya pakai sarung dan kopiah. Tahun lalu, di puncak pandemi Covid-19, parade di New York itu tetap dilaksanakan: secara virtual. Untuk kali yang pertama dalam sejarahnya. Tahun ini, Kamis besok, jadi ajang balas dendam: dibuat sangat meriah. Bisa dilihat secara live. Tahun ini liburan Thanksgiving, satu minggu, juga jadi ajang balas dendam: mudik. Jalan-jalan raya ke luar kota besar padat merayap. Si sana bebas. Mudik boleh. Pulang kampung tidak dilarang. Mereka akan pesta di rumah orang tua masing-masing. Menu utamanya: kalkun panggang. Saya pernah sekali ikut pesta seperti itu di sebuah rumah tangga di sebuah desa di New Jersey. Setelah makan, yang wanita tetap ngerumpi di sekitar meja makan. Yang laki-laki nonton football. Orang Waukesha –nama kota ini diambil dari nama kepala suku Indian yang menghuni wilayah itu sebelum tahun 1834– tentu akan melewati hari Thanksgiving dengan penuh duka. Kota ini hanya berpenduduk 90.000 orang. Biasanya sangat damai. Mayoritas penduduknya Katolik. Dari fotonya, pengemudi mobil merah itu, bukan keturunan Arab. Ia seorang kulit hitam. Tatanan rambutnya: banyak kepang. Menyasar parade ini adalah puncak kenakalannya. Ia sudah sering berbuat onar: mengetuk pintu kamar hotel, menabrak orang dari belakang, melakukan kekerasan, dan sejenisnya. Seminggu sebelum parade ini pun ia baru dibebaskan dari perbuatan kriminal dengan cara membayar uang jaminan. Berkali-kali ia ditangkap polisi. Selalu saja bebas karena uang jaminan. Kali ini tidak akan ada lagi uang jaminan seperti itu. Ia menghadapi ancaman hukuman seumur hidup. Sulit mencari tahu apa motif Darrell menyasar parade itu. Tidak ada orang yang ia kenal di situ. Darrell juga bukan aktivis pembela kulit hitam. Terlalu dicari-cari kalau dihubungkan dengan vonis bebas untuk remaja kulit putih yang terjadi sehari sebelumnya. Kyle Rittenhouse, remaja 17 tahun itu, menembak tiga orang kulit hitam –dua meninggal dunia– di kota kecil Kenosha tahun lalu. Kota Waukesha dan Kenosha hanya berjarak 1 jam dengan mobil. Sama-sama di negara bagian Wisconsin. Dewan yuri menyatakan Rittenhouse tidak bersalah. Ia menembak untuk membela diri. Vonis bebas itu memang menimbulkan reaksi keras di kalangan kulit hitam. Rittenhouse sendiri bukan orang Kenosha. Ia dari negara bagian Illinois, tapi berdekatan dengan Kenosha. Saat itu di Kenosha lagi terjadi demo besar-besaran orang kulit hitam. Juga di kota-kota lain di Amerika. Mereka minta keadilan atas terbunuhnya beberapa orang kulit hitam di tangan polisi. Remaja tadi berangkat ke Kenosha. Melintasi perbatasan negara bagian. Ia membawa senjata. Ia ingin membela orang kulit putih yang ia anggap terancam kerusuhan. Kini Rittenhouse berumur 18 tahun. Ganteng. Setelah bebas ia diwawancarai Fox News: "Saya bukan rasialis. Saya mendukung gerakan Black Live Matters," katanya. Sidang pengadilan kasus terbunuhnya Ahmaud Arbery juga menjelang putusan. Di Georgia. Tiga terdakwanya kulit putih. Mereka memepet Arbery yang lagi jogging dengan mobil mereka. Lalu Arbery ditembak mati. Alasannya: Arbery membahayakan nyawa mereka. Masyarakat kulit hitam was-was. Dari 12 dewan juri hanya satu yang kulit hitam. Minggu depan dewan juri akan memutuskan: tiga orang itu bersalah atau tidak. Mungkin pembunuhan nenek-nenek pedansa di parade itu tidak berhubungan dengan dua persidangan itu. Tapi bagaimana bisa bukan teroris, tidak mabuk, tidak dendam bisa menyasarkan mobil ke parade. Kalau saja mereka orang Jawa pasti akan ada yang bilang: untung yang meninggal hanya lima. Saya tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya. Parade yang begitu meriah diakhiri di tengah jalan dengan tragedi yang sulit dimengerti. (*)

Sumber: