MANDALIKA - Setiap helmnya selesai diservis, Francesco ”Pecco” Bagnaia akan selalu menghampiri Nathania Mugiyono. Dengan senyum mengembang, tak lupa sembari menjabat erat tangan, pembalap Italia itu biasanya bilang, ”Terima kasih, Mas Mugi.” Barangkali cuma itu sepotong kalimat bahasa Indonesia yang dikuasai pembalap Ducati Lenovo Team tersebut. Yang pasti, dia pelajari dengan susah payah. Namun, bagi Mugi, sapaan akrab Nathania Mugiyono, tindakan itu memperlihatkan keramahan Pecco. Keramahan yang dia tahu persis tidak dibuat-buat. ”Mereka semua (para pembalap MotoGP, Red) ramah-ramah,” katanya kepada Jawa Pos yang menemuinya di sela balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Minggu (20/3). Mugi adalah saksi langsung dari apa yang mungkin terdengar klise: para pembalap MotoGP itu juga manusia biasa. Mereka bisa sangat garang di sirkuit dan selalu berada di bawah lampu sorot, tetapi sesudahnya adalah kawan-kawan yang hangat. Mugi adalah ahli servis helm balap. Semua berawal ketika dia bekerja di pabrik KYT di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Sejak 2010, pria asal Kebumen, Jawa Tengah, itu sering ikut dalam kejuaraan daerah sebagai tim servis helm pembalap. Kemudian, naik level lagi ke kelas Asia, yakni Asia Road Racing Championship. ”Mungkin, karena hasilnya bagus, saya terus lanjut ke MotoGP. Itu mulai 2016. Awalnya saat itu masih belajar dan tahap menyesuaikan diri dan baru fokus pada 2019,” jelasnya. // Dia menyebut faktor keamanan dan kenyamanan sebagai yang utama. Desain harus cocok untuk pembalap MotoGP. Sudah ada standar ringan atau beratnya helm dari MotoGP. FIM sudah mengatur bahwa helm pembalap harus berbobot 1.500–1.600 gram. Hampir semua sirkuit di Eropa pernah dia datangi sebagai bagian tim servis helm pembalap. Termasuk yang terbaru di seri pertama MotoGP musim ini di Qatar sebelum ke Mandalika. Hanya ke Amerika yang belum pernah Mugi kunjungi karena terkendala visa. Ada 12 pembalap yang helmnya dia tangani. Perinciannya, tiga pembalap MotoGP, lima rider Moto2, dan empat pembalap lainnya beraksi di Moto3. Selain Pecco, dua pembalap lain yang biasa bekerja sama dengannya adalah Aleix Espargaro (Aprilia Racing) dan Enea Bastianini (Gresini Racing MotoGP), sang pemimpin klasemen sementara pembalap. Di Moto3, ada rider andalan Indonesia, Mario Aji. Selain Mugi, ada pula Risman yang turut menjadi saksi langsung para pembalap hadir sebagai diri mereka sehari-hari. Dia seorang bellboy di Novotel Lombok Resort & Villas, tempat pembalap Red Bull KTM Factory Racing Miguel Oliveira menginap. Kepada Lombok Post, Risman akrab dengan Oliveira bukan semata-mata karena dia tamu di hotel tempatnya menginap. ”Saya dan keluarga memang mengidolakan dia,” ungkapnya. Sejak lama, dia mengikuti perjalanan pembalap yang juga dokter gigi itu di MotoGP. Ketika Oliveira mengalami insiden di Qatar, dia dan istri sempat turut gundah. Nasib mempertemukan mereka di Mandalika. Dan, keduanya seperti dua sahabat yang lama terpisah. ”Saya katakan kepada dia, ’Semoga menang di Mandalika.’ Dia memperkenalkan saya ke bapaknya, Paulo. Dan, saya bilang ke bapaknya, ’Miguel akan menang’,” tutur pria asal Sengkol, Lombok Tengah, tersebut. Oliveira ternyata benar-benar menang. Dan, pembalap Portugal itu benar-benar memenuhi janji mendedikasikan kemenangan tersebut kepada Risman selain putrinya. Sebelum balapan, Risman tidak hanya menyemangati Oliveira. Dia bahkan memberikan sejumlah tips. ”Saya orang Sengkol. Ada tanah saya yang juga dibebaskan untuk pembangunan sirkuit. Saya yakinkan dia, kalau kondisinya hujan saat balapan, itu akan cocok untuk KTM. Saya yakin dia akan menang,” papar Risman. Malam sebelum balapan, Oliveira mendatanginya. Dengan agak masygul, pembalap 27 tahun itu menceritakan bahwa dirinya hanya menempati urutan ketujuh saat kualifikasi. ”Saya bilang kepadanya, ’Itu tidak menjadi masalah, tidak terlalu buruk. Saya percaya Anda akan juara’,” katanya. (mar/ton/c14/ttg/jawapos.com)
Nathania dan Risman, Pengalaman Paling Berkesan Bersama Pembalap Dunia
Senin 20-11-2023,16:23 WIB
Editor : Admin 07
Kategori :