Klaim Bisa Bunuh 40 Tentara Rusia Sehari, Sniper Wali Dikabarkan Tewas

Senin 20-11-2023,16:23 WIB
Reporter : Admin 07
Editor : Admin 07

UKRAINA – Sniper terbaik dunia asal Kanada dengan nama samaran Wali mengklaim bisa membunuh 40 tentara Rusia dalam sehari. Wali merupakan salah satu tentara asing Ukraina yang bergabung melawan Rusia. Mantan anggota Resimen ke-22 Royal Canadian Infantry itu terbang dari Quebec, Kanada bersama tiga mantan tentara Kanada lainnya pada 4 Maret. Wali mengambil penerbangan ke Krakow, Polandia yang berbatasan dengan Ukraina. Ia tiba di Ukraina pada 9 Maret. Ia kemudian melintasi perbatasan untuk bergabung dengan pasukan Ukraina. Hanya beberapa hari setelah tiba di Ukraina, Wali dikabarkan tewas ditembak pasukan Rusia di Mauripol. Informasi kematian Wali jadi perbincangan ramai di media sosial Twitter. Ada yang percaya, tapi banyak pula yang menganggap bahwa informasi itu sebagai propaganda semata. Dilansir AFP, kota pelabuhan Mauripol di tepi Laut Azov berada di bawah pengepungan pasukan Rusia sejak awal Maret. Ukraina menyebut Rusia membunuh 2.187 warga sipil di kota berpenduduk setengah juta jiwa itu. Wali Catat Rekor Sniper Terbaik Dunia Wali pernah bertugas di Afghanistan dan Irak pada 2010-an. Nama samaran Wali didapat saat dia bertugas di Afghanistan. Nama lengkapnya tak diketahui. Menurut The Independent, Wali bertugas di Kandahar dengan Resimen ke-22 Royal Canadian Infantry antara 2009 dan 2011. Pada 2015, ia juga dilaporkan mengajukan diri untuk memerangi ISIS di Irak bersama pasukan Kurdi. Wali dijuluki sebagai siper terbaik dunia karena mengalahkan rekor rata-rata penembak jitu. Rekor seorang sniper yakni rata-rata membunuh 5-7 orang dalam satu hari. Namun Wali dikabarkan dapat membunuh 40 orang dalam sehari. Wali memegang rekor pembunuh terlama yang dikonfirmasi pada Juni 2017. Dia menggunakan senapan McMillan Tac-50 untuk menembak jatuh seorang pejuang ISIS dari jarak 3,5 kilometer di Mosul, Irak. Aktivitas Wali di Ukraina Sejak tiba di Ukraina, Wali menuliskan kejadian yang dialaminya dan dibagikan di media sosial. Dia menceritakan tentang sambutan hangat yang diterima dari warga Ukraina. Wali menuliskan pula tentang tekanan dan ketegangan selama berada di Ukraina. Sirine tanda serangan udara sering meraung dan mengingatkannya bahwa tak ada lagi kehidupan normal disana. Wali menceritakan bagaimana dia dapat menikmati makanan yang dibuat untuknya oleh penduduk setempat. Dia juga menggambarkan kecerdikan beberapa orang Ukraina bereaksi terhadap militer Rusia. Seorang petani misalnya berhasil menarik tank seorang tentara yang sedang berisitirahat. Namun ada pula kisah penduduk yang terjebak di apartemen karena lift tak berfungsi akibat aliran listrik mati. Wali meminta lebih banyak tentara asing untuk bergabung dengannya di Ukraina. “Berhenti bersikap pasif agresif. Jalankan! Kita tidak punya waktu untuk disia-siakan,” kata Wali. Wali meninggalkan istri dan putranya yang berusia satu tahun di Kanada. Sebelum sampai ke Ukraina, ia dihubungi oleh seorang teman yang telah membantu mengatur konvoi bantuan kemanusiaan netral ke wilayah Donbas yang diduduki di wilayah tenggara negara itu. Sebelum berangkat ke Ukraina untuk bergabung dengan tentara asing dari berbagai negara, Wali bekerja sebagai programer di Kanada. “Seminggu yang lalu saya masih memprogram hal-hal. Sekarang saya mengambil rudal anti-tank di gudang untuk membunuh orang. Itulah kenyataan saya sekarang,” katanya kepada CBC News. (one/pojoksatu)

Tags :
Kategori :

Terkait