Pelancong Sepi, Guide Turis Ini Minta Resep Ibu Jualan Sate Babi

Senin 20-11-2023,16:23 WIB
Reporter : Admin 07
Editor : Admin 07

BALI - Racikan turun-temurun biasanya tak perlu diadu. Tak dipasarkan jor-joran pun, nyatanya makanan dengan racikan turun-temurun memiliki pelanggannya masing-masing. Putu Nico Fajar Kusuma, 33, meski hanya berjualan sate babi di dalam gang, ia mampu menjual hingga 800 tusuk per harinya. Ini semua, berkat racikan sang ibu yang ia jadikan pedoman dalam pengolahan daging babinya. Usaha ini ia beri nama Warung Sate Babi Gang IV, berlokasi di kediamannya Jalan Patimura, Gang IV, Nomor 1, Dangin Puri Kaja, Denpasar Utara. Ketika ditemui, Selasa (15/2), Nico tengah membakar sate babinya, hanya mengandalkan dua buah kipas angin dan satu alat bakar sate seng besi, ia membakar satenya dengan sabar. Sambil membakar sate, ia mengatakan usaha ini dibuka sejak setahun pandemi, atau sekitar tahun 2021. Awalnya, ia merupakan seorang guide freelance khusus wisatawan China. Begitu pandemi, wisatawan tak kunjung datang, ia pun mulai mencoba buka usaha agar bisa menambah penghasilan. “Bingung mau usaha apa, gonta-ganti usaha, lalu ibu menyarankan untuk lanjut jualin sate racikannya. Kalau ibu saya, sudah 12 tahun jualan sate rumahan. Terima pesanan dari mulut ke mulut,” katanya. Dari garase mobillah, usahanya dimulai. Untuk memasarkan produknya, mulanya ia menggunakan sosial media dan aplikasi online. Selain itu, ia juga mengundang foodvloger itu mereview makanannya sebulan sekali. Namun karena PPKM, pesanan pun difokuskan melalui aplikasi WhatsApp. “Ya, untungnya sih ada usaha sate ini. Jadinya tidak terlalu pusing ngurusin Covid-19, yang penting jualan sate lancar. Sebenarnya di Bali daya belinya sudah agak turun, pembeli saya justru dari Jakarta, di luar Bali, dijual kembali atau reseller gitu,” jelasnya. Banyaknya kompetitor, bukan suatu perkara baginya. Sebab, setiap usaha makanan pastinya memiliki ciri khasnya sendiri. “Kalau sate saya kata pelanggan, bumbunya tajem. Sate saya menggunakan bumbu dalam, jadi tambahannya sambal saja. Disini intinya berani main bumbu,” katanya. Perharinya, pria asli Denpasar ini, bisa menghabiskan 8 sampai 10 kilogram daging babi saja. Namun, selain satu babi, ia juga menjual sate ayam, sate usus, sate sapi, dan samcam yang ia buat sesuai permintaan. Dibantu istrinya yang seorang apoteker, ia biasanya menerima orderan sampai pukul 17.00 Wita. Biasanya, pesanan masuk H-1 jika untuk porsi banyak. Ia juga menerima orderan porsi kecil. Satu tusuk satenya ia banderol seharga Rp 2 ribu. Seporsi, ia jual Rp 15 ribu isi tujuh tusuk sate babi. Untuk sate samcan, ia jual Rp 15 ribu isi 5 tusuk. “Samcam ini memang lebih mahal,” katanya. Untuk membuka usahanya, ia mengajukan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) di Bank BRI senilai Rp 50 juta dengan tenor 3 tahun. Dengan modal ini, ia membeli daging, minyak, dan alat serta bahan lainnya. “Jadi KUR ini cukup membantu, bantu banget,” ungkapnya. Salah seorang yang mencoba satenya, Kadek mengatakan, daging satenya lembut dan gurih. Rasanya pun manis dan tidak pedas. Ketika ditarik, daging satenya tidak alot dan mudah lepas. “Pengen sih order lagi, next bakal order lagi,” komentarnya. (rika riyanti/bali express)

Tags :
Kategori :

Terkait